Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fluktuasi Rupiah Picu Kenaikan Harga Barang Impor

Defisit transaksi berjalan kuartal II diiringi dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih berlangsung berisiko menyebabkan kenaikan harga barang yang mayoritas bahan bakunya berasal dari transaksi impor.
  Fluktuasi rupiah picu kenaikan harga barang impor. /
Fluktuasi rupiah picu kenaikan harga barang impor. /

Bisnis.com, JAKARTA – Defisit transaksi berjalan kuartal II diiringi dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih berlangsung berisiko menyebabkan kenaikan harga barang yang mayoritas bahan bakunya berasal dari transaksi impor.

Seperti diketahui, apresiasi terhadap berlangsungnya pemilu presiden tidak berlangsung lama. Setelah menguat dari akhir pekan lalu hingga sehari setelah pemilihan presiden ke Rp11.574 per dolar AS, kurs rupiah kembali melemah pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (11/7/2014) di level Rp11.588 per dolar AS dengan patokan kurs tengah rupiah BI Rp11.627.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menyatakan ekspektasi tersebut membuat pengusaha yang mempunyai kebutuhan terhadap dolar akan memilih membeli pelan-pelan untuk meminimalkan kerugian.  

Sebab, rupiah diperkirakan akan sulit menguat kembali karena membengkaknya defisit transaksi berjalan kuartal II/2015. “Kata BI beberapa waktu yang lalu, [defisit transaksi berjalan] sinyalnya memburuk. Orang akan membeli sebelum waktunya karena murah.”

Walau pelemahan rupiah tidak terlalu dalam, secara teknikal, ada level support yang cukup menarik bagi pembeli dolar untuk melakukan tindakannya saat ini. Pasalnya, setelah membal kembali dan tidak berhasil menembus Rp11.400 per dolar AS, rupiah menjadi tidak terlalu kuat.

Lana mengatakan range support rupiah saat ini berada di level Rp11.780. Artinya kalau level tersebut tertembus,  rupiah  akan melemah ke atas lagi. Jika tidak, rupiah akan bergerak di Rp11.600-Rp11.800 per dolar AS.

Kondisi seperti ini, lanjut Lana, akan membuat pelaku usaha tidak mencantumkan biaya modal bahan impor dalam kurs rupiah Rp10.500 atau Rp11.000. Menurutnya, pengusaha bisa saja akan cenderung memilih mencantumkan biaya produksi Rp13.000 untuk tetap menjaga margin keuntungan.

Alhasil, beban dari risiko kurs akan dilimpahkan ke konsumen lewat harga barang produksi. Namun, dengan adanya hiruk pikuk Lebaran, kenaikan harga tersebut diprediksi tidak akan dirasakan terlalu berat karena saat ini masyarakat memasuki musim konsumsi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper