Bisnis.com, JAKARTA – Kendati peringkat PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) telah dinaikkan menjadi CC, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s mengingatkan rating tersebut dapat diturunkan jika perusahaan batu bara itu gagal merestrukturisasi obligasinya.
Seperti dikutip dalam keterangan resmi, Senin (7/7), Standard & Poor’s meningkatkan peringkat Bumi dari SD (selective default) menjadi CC dengan outlook negatif. Selain itu, peringkat perseroan dalam skala Asean menjadi axCC dari SD.
“Kami juga menaikkan peringkat obligasi jangka panjang Bumi menjadi CCC- dari CC,” kata analis kredit Standard & Poor's Vishal Kulkarni, dalam keterangan resmi.
Peningkatan peringkat ini, lanjutnya, didorong rampungnya proses pelunasan sebagian utang Bumi kepada China Investment Corporation (CIC) melalui skema konversi utang menjadi saham.
Sebagai informasi, Bumi telah mengalihkan 19% saham perseroan di Kaltim Prima Coal (KPC) senilai US$950 juta kepada China Investment Corporation (CIC) sebagai bagian perjanjian penyelesaian utang.
Semula Bumi memiliki kewajiban perseroan kepada CIC mencapai US$1,98 miliar, yang terdiri dari pokok utang, bunga yang ditangguhkan, dan penalti atas pelunasan yang dipercepat. Dengan pengalihan saham tersebut, utang perseroan kepada CIC tersisa US$1,03 miliar.
Bumi akan mengalihkan 42% saham perseroan di PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) senilai US$275 juta dan saham BUMI senilai US$150 juta kepada CIC pada September 2014, setelah pelaksanaan rights issue yang disetujui akhir bulan lalu.
Namun, Standard & Poor’s akan menurunkan peringkat tersebut kembali menjadi SD apabila proses restrukturisasi obligasi konversi senilai US$375 juta yang jatuh tempo pada 5 Agustus 2014 gagal tercapai.
Seperti diberiyakan Bloomberg, Kamis (12/6), jatuh tempo obligasi berkupon 9,25% itu diusulkan untuk diperpanjang hingga 31 Juli 2021. Obligasi yang saat ini dalam status diblokir dalam sistem kliring akan kembali dibuka.
Perpanjangan jatuh tempo utang tersebut juga disertai permohonan penurunan kupon dari semula 9,25% menjadi 7%. Selain itu, nilai konversi harga saham juga diturunkan dari Rp3.666,9 menjadi Rp750.
Nilai tukar akan diatur kembali dari Rp9.950 per dolar Amerika Serikat. Bumi juga akan mengurangi nilai outstanding obligasi tersebut menjadi US$250 juta melalui opsi konversi utang menjadi saham sebagai bagian dari rencana penerbitan saham baru perseroan.
“Kami meningkatkan rating obligasi Bumi karena kami yakin kemungkinan gagal bayar dalam waktu dekat ini telah berkurang,” ungkap Kulkarni.
Hal ini, lanjutnya, disebabkan rampungnya transaksi pelunasan utang kepada CIC dan proposal rekstrukturisasi obligasi konversi tersebyt akan mengurangi beban aliran kas Bumi.
Dia menambahkan Bumi diuntungkan dari rampungnya transaksi tersebut dengan berkurangnya beban bunga. Namun, pihaknya melihat ada satu dari dua kemungkinan gagal bayar obligasi perseroan dalam 6 bulan ke depan.
“Pandangan kami likuiditas bumi masih ‘lemah’, sesuai dengan kriteria kami terhadap definsi istilah tesebut,” ungkapnya.