Bisnis.com, JAKARTA -- Para investor di pasar modal diharapkan berhati-hati dalam memilih emiten dalam berinvestasi di tengah pelemahan rupiah yang terjadi sejak awal bulan ini.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menyentuh level Rp12.000. Lembaga riset HP Analytics bahkan memperkirakan nilai tukar rupiah dapat menembus Rp13.000 pada kuartal III/2014.
Dampak terhadap pasar saham pun beragam. Seperti dilansir dalam laporannya, Sabtu (28/6/2014), pelaku pasar sebaiknya mewaspadai emiten di industri dengan struktur berbelanja modal dolar AS dan berpenghasilan rupiah.
"Contohnya sektor semen, telekomunikasi, dan infrastruktur telekomunikasi," seperti dikutip dalam riset tersebut.
Selain itu, pelaku pasar juga sebaiknya menghindari emiten yang memiliki struktur utang berdenominasi dolar AS dengan penghasilan rupiah seperti LPKR, ASRI, GIAA, ISAT, BTEL, dan CPIN.
Emiten yang beroperasi menggunakan kurs rupiah namun pelaporan menggunakan dolar AS seperti GIAA juga harus diwaspadai.
"Kami menilai dampak pelemahan rupiah akan terefleksi pada kinerja emiten pada kuartal III/2014 mengingat pelemahan rupiah signifikan terjadi sejak awal Juni 2014," seperti dikutip dalam riset tersebut.