Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK MENTAH: Irak Bergolak, WTI dan Brent Menguat

Harga minyak mentah AS diperdagangkan ke level tertinggi sembilan bulan pada Selasa (17/6/2014) pagi ini, sedangkan Brent naik moderat karena investor mengamati pergolakan konflik sektarian di Irak sebagai tanda-tanda yang bisa mengganggu pasokan minyak.
 Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah AS diperdagangkan ke level tertinggi sembilan bulan pada Selasa (17/6/2014) pagi ini, sedangkan Brent naik moderat karena investor mengamati pergolakan konflik sektarian di Irak sebagai tanda-tanda yang bisa mengganggu pasokan minyak.

Patokan AS, harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, merosot 1% menjadi ditutup pada US$106,90 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, di London, harga minyak mentah Brent North Sea, yang cenderung bereaksi lebih besar terhadap faktor geopolitik internasional dibandingkan WTI, naik US$48 sen menjadi menetap di US$112,94 per barel. Ini adalah hari pertama perdagangan kontrak berjangka untuk pengiriman Agustus.

Kedua kontrak acuan telah ditutup di tertinggi sembilan bulan pada Jumat (13/6), karena pedagang mengamati kekerasan yang meningkat di Irak, pengekspor minyak mentah terbesar kedua OPEC.

Kemajuan cepat serangan kelompok militan Sunni dari Negara Islam di Irak dan di Suriah (ISIL) yang menguasai hampir seluruh Irak yang dimulai seminggu lalu, telah mendekati pemerintah di Baghdad yang dipimpin Syiah.

Serangan itu telah mengambil alih wilayah di bagian utara negara itu, di mana produksi yang relatif kecil telah hilang dari pasar sejak Maret karena kekerasan.

Pada Senin, ketakutan bahwa pemberontakan bisa menyebar ke selatan, di mana terletak sebagian besar infrastruktur minyak Irak, sudah dimasukkan ke harga pasar, kata Bart Melek dari TD Securities.

"Selama tentara mempertahankan posisinya dan kecuali jika kita melihat pemberontakan sudah lebih jauh ke selatan, tampaknya tidak ada ancaman langsung terhadap produksi Irak 3,3 juta barel per hari," katanya.

James Williams dari WTRG Economics memperingatkan skenario kasus yang lebih buruk akan membuat semua produksi minyak Irak diblokir.

"Kalau semua dihentikan tidak ada kapasitas cadangan yang cukup di dunia untuk mengganti persediaan jika Anda menggunakan angka EIA," katanya, merujuk ke Badan Informasi Energi Amerika Serikat, unit statistik Departemen Energi AS.

"Kami hanya bisa menunggu perkembangan di Irak untuk menentukan dampaknya. Sejauh ini harga lebih digerakkan karena faktor aktual daripada dampak perang sipil yang diantisipasi ini."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Nurbaiti
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper