Bisnis.com, JAKARTA - Rencana PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) memperpanjang jatuh tempo obligasinya diyakini akan semakin menambah beban kupon yang harus dibayar perseroan.
Alfred Nainggolan, analis PT Buana Capital, mengatakan berlarut-larutnya proses restrukturisasi utang Bumi mengindikasikan perusahaan batu bara tersebut dihadapkan pada posisi sulit antara melepas aset atau memperpanjang jatuh tempo utangnya.
"Mereka sepertinya tidak rela jika aset-asetnya dijual karena ke depannya masih ada harapan sektor batu bara akan kembali bersinar," ujarnya, Selasa (3/6/2014).
Dia menilai keputusan Bumi untuk memperpanjang jatuh tempo utangnya akan diikuti meningkatnya beban kupon yang harus dibayar sehingga akan memberatkan kinerja perseroan ke depannya.
Opsi mencari pinjaman baru, ujar Alfred, tampaknya juga sulit bagi Bumi karena tentunya kreditur akan meminta aset perseroan dijadikan jaminan utang baru tersebut.
"GCG [good corporate governance] mereka selama ini juga jadi pertanyaan bagi para pemberi pinjaman," katanya.
Apalagi, melihat kondisi sektor batu bara yang masih melemah hingga saat ini, Alfred menilai Bumi juga kesulitan apabila mengandalkan kinerja bisnis utamanya untuk melunasi utang yang jatuh temponya cenderung berdekatan.
"Cara satu-satunya yang memungkinkan adalah melepas aset lalu membayar utang-utangnya," katanya.
Seperti diketahui, Bumi dan Enercoal menunjuk Deustche Bank sebagai agen solisitasi tunggal (sole solicitation agent) sehubungan dengan kemungkinan permohonan persetujuan untuk memperpanjang jatuh tempo obligasi konversi bergaransi senilai US$375 juta.
Dileep Srirastava, Sekretaris Perusahaan Bumi Resources, mengatakan obligasi berkupon 9,25% tersebut akan jatuh tempo pada Agustus 2014. Usaha ini merupakan bagian dari proses refinancing yang sedang berlangsung.