Bisnis.com, JAKARTA—Penjualan kopi oleh para petani Vietnam, penghasil kopi robusta terbesar yang digunakan Nestle SA, diperkirakan berjalan lamban setelah cadangan komoditas itu anjlok 54% dari posisi tertinggi selama ini.
Stok kopi yang tidak terjual menyusut ke 390.000 metrik ton pada akhir April atau sekitar 23% dari rekor panen 1,7 juta ton, menurut survei Bloomberg terhadap 10 pedagang dan eksportir kopi.
Angka penurunan itu lebih rendah 27% dibanding waktu yang sama tahun lalu dan rata-rata 25% lima tahun terakhir. Sementara itu, jumlah stok tercatat 850.000 ton selama sepekan menjelang 7 Maret.
“Ada berita menggembirakan soal kenaikan harga yang diterima petani sehingga mereka akan menahan stok yang masih ada,” ujar Tran Tuyen Huan, direktur Asia Commodities Joint-Stock Co sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (12/5/2014).
Sebagian besar bijih kopi dikuasai oleh petani kaya yang mampu menahan hingga harga membaik , ujarnya. Sedangkan musim panen di Vietnam dimulai sekitar Oktober.
Kontrak kopi robusta tercatat US$2.093 per ton di bursa NYSE Liffe London pada 9 Mei. Sedangkan untuk kontrak kopi arabika tercatat US$1,839 per pound di bursa ICE Futures U.S. New York.