Bisnis.com, JAKARTA—Harga nikel menguat hingga mendekati posisi tertinggi dalam 14 bulan akibat kekhawatiran suplai global terganggu karena meningkatnya ketegangan di Ukraina, sementara larangan ekspor bijih mineral oleh Indonesia masih berlaku.
Kontrak untuk pengiriman 3 bulan di bursa London Metal Exchange menguat hingga 1% menjadi US$18.360 per metrik ton dan diperdagangkan pada US$18.275 pukul 10.09 waktu Shanghai atau pukul 09.09 WIB. Harga logam tersebut mencapai US$18.715, kemarin atau yang tertinggi sejak Februari 2013.
Amerika Serikat kemarin memasukkan tujuh nama dan 17 perushaan yang terkait orang dalam Presiden Vladimir Putin dalam daftar yang akan terkena sanksi. Uni Eropa kemudian memasukkan 15 nama. Rusia dan Indonesia menyuplai seperempat kebutuhan nikel dunia.
“Harga Nikel naik akibat kekhawatiran atas suplai karena ada larangan ekspor bijih mineral dari Indonesia dan akibat sanksi negara Barat terhadap Rusia terkait kerusuhan di Ukraina,” ujar Celia Wang, seorang analis pada Beijing Antaike Information Development Co. sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (29/4/2014).