Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK WTI (23/4/2014): Turun 2,24% Akibat Pasokan Melimpah

Harga minyak mentah AS turun pada Rabu (23/4/2014) pagi, karena pasar memperkirakan laporan pemerintah menunjukkan bahwa persediaan AS naik, mengindikasikan permintaan di konsumen minyak mentah terbesar di dunia itu melemah.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, NEW YORK - Harga minyak mentah AS turun pada Rabu (23/4/2014) pagi, karena pasar memperkirakan laporan pemerintah menunjukkan bahwa persediaan AS naik, mengindikasikan permintaan di konsumen minyak mentah terbesar di dunia itu melemah.

Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Mei di New York Mercantile Exchange, berakhir pada US$102,13 per barel, turun 2,24% dari penutupan Senin.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni menetap di US$109,27 per barel, turun 68 sen di perdagangan London.

Pasar New York berada di bawah tekanan karena para investor memperkirakan laporan mingguan Departemen Energi AS (DoE) tentang persediaan minyak mentah AS pada Rabu waktu setempat akan menunjukkan peningkatan 2,4 juta barel, menurut konsensus analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswire.

Pada minggu sebelumnya yang berakhir 11 April, pasokan minyak mentah membengkak ke rekor 394,1 juta barel, tingkat tertinggi sejak DoE memulai laporan mingguan pada 1982.

Pasokan minyak mentah melonjak sebesar 10 juta barel, jauh lebih tinggi dari 1,5 juta barel yang diharapkan.

"Mengingat apa yang terjadi pekan lalu, ada kemungkinan pasar berhati-hati," kata Robert Yawger dari Mizuho Securities USA. "Kami sudah pernah ke 400 juta barel. Kita bisa mengeluarkan rekor." Yawger juga mencatat ada beberapa tekanan teknis pada kontrak berjangka WTI Mei pada hari terakhir perdagangannya.

Investor terus mengamati perkembangan krisis atas Ukraina, sebuah saluran utama untuk gas alam Rusia ke Eropa Barat.

"Kekhawatiran atas ketegangan antara Ukraina dan Rusia dan masih terbatas pasokan minyak Libya tetap mendukung latar belakang untuk pasar Brent," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Ukraina meluncurkan kembali operasi militer terhadap separatis pro-Kremlin pada Selasa sore, beberapa jam setelah Wakil Presiden AS Joe Biden mengakhiri kunjungan dua hari di Kiev, dimana ia memperingatkan Rusia atas aksi-aksinya di bekas republik Soviet itu.

"Kami telah jelas bahwa perilaku yang lebih provokatif oleh Rusia akan menyebabkan kerugian dan isolasi yang lebih besar," kata Biden.

Departemen Pertahanan AS mengumumkan akan mengirim 600 tentara AS ke Polandia tetangga dan negara-negara Baltik untuk "latihan".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper