Bisnis.com, JAKARTA— Batubara tampaknya belum bisa bangkit dari keterpurukannya. Isu lingkungan dan berlimpahnya pasokan terus menggerus harga komoditas yang dulu dijuluki emas hitam ini.
Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Kamis (17/4) ICE Global Coal Newcastle Index merosot ke level US$73,45 per ton. Sejak Senin harga batubara terus turun. Jika dihitung sejak awal tahun ini, indeks harga batubara turun sekitar 14,22% dari US$85,63 per ton.
Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) juga menetapkan harga batubara acuan (HBA) sebesar US$74,81 per ton atau lebih rendah dibandingkan HBA bulan sebelumnya, yaitu US$77,01 per ton.
Ibrahim, pengamat komoditas tambang sekaligus mantan peneliti di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) bahkan memproyeksikan batubara bakal tergusur ke level US$70-an dalam waktu dekat ini.
“Kemungkinan besar ke level US$70-an. Prospek komoditas ini paling jelek dibandingkan dengan komoditas lain. “Outlook batubara masih akan stabil di level rendah” katanya.
Menurutnya, saat ini penggunaan batubara banyak memicu pro-kontra terkait dengan dampak yang ditinggalkannya terhadap kualitas udara dan kelestarian lingkungan. Sejumlah negara pengguna batubara terbesar di dunia pun mengurangi pembeliannya.
Ibrahim mengungkapkan, saat harga batubara sedang rendah-rendahnya seperti saat ini India, China, dan Jepang justru mengerem pembelian mereka.
Data dari Biro Statistik Nasional China membuktikan Negeri Tirai Bambu itu perlahan beralih ke gas alam. Volume produksi gas alam China selama Maret 2014 menanjak ke level tertinggi dalam 2 tahun terakhir.
Analis dari ICIS-C1 Energy Wang Ruiqi mengatakan pada Bloomberg produksi gas dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan. “Pengguna sedang berpindah dari energi berbasis batubara ke gas alam yang lebih sesuai dengan kelestarian lingkungan,” katanya.
Meski begitu, berbagai lembaga riset menyatakan pada tataran global batubara masih menjadi sumber energi utama di dunia, paling tidak hingga 2035. Data dari Energy Information Administration (EIA) AS menyebutkan konsumsi batubara global diperkirakan menanjak sekitar 4,6% tahun ini.
Namun, tren ini akan melambat dan diperkirakan melemah 3,1% setiap tahunnya mulai 2015. Di masa yang akan datang batubara perlahan akan digeser oleh gas alam.
Sementara itu volume produksi batubara Indonesia hingga 10 April 2014 mencapai 110 juta ton. Adapun selama kuartal I/2014 produksi mencapai 105 juta ton. Dari jumlah tersebut sekitar 81 juta ton diekspor, termasuk ke China dan India. Sepanjang tahun ini pemerintah menargetkan produksi tahun ini turun menjadi sekitar 397 juta ton.