Bisnis.com, JAKARTA – Hari ini, Selasa (4/3/2014), pemerintah kembali lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif sebesar Rp10 triliun.
Pada perdagangan pekan lalu (25/2), harga SUN bergerak mendatar, dengan total permintaan yang masuk mencapai Rp5,7 triliun, naik 7,5% dari permintaan sebelumnya di Rp5,3 triliun (11/2).
Berdasarkan data yang dirilis Kresna Securities, permintaan ini 3,8x dari target indikatif sebesar Rp1,5 triliun, tetapi pemerintah hanya menyerap Rp1,0 triliun dari keseluruhan.
Pada pekan lalu, pasar Asia cenderung tertekan oleh aksi ambil untung, seiring dengan spekulasi bahwa People Bank of China (PBoC) akan mengakhiri apresiasi mata uangnya. Sisi positifnya, sentimen pasar di Eropa dan AS masih terjaga di level positif seiring data ekonomi yang masih sesuai ekspektasi; inflasi Uni Eropa kembali naik di Februari 2014 (tercatat di 0,8% YoY), sedangkan angka penjualan rumah baru AS di Juni 2014 mampu tumbuh 9,6% MoM (tercatat di 468.000).
Yield SUN FR0069 (5 tahun) turun 7bps, FR0070 (10 tahun) turun tipis 4bps, FR0071 (15 tahun) turun tipis 1bps, dan FR0068 (20 tahun) turun tipis 5bps. Pergerakan terbatas pasar surat utang ini tidak terlepas dari sentimen pasar yang bervariasi di pasar global.
Dari pasar domestik, kembalinya modal asing mampu menahan tekanan aksi ambil untung. Pada pekan lalu, investor asing tercatat membukukan Rp420 miliar pembelian di pasar surat utang dan US$96,5juta di pasar saham, yang mendorong penguatan Rupiah (naik 1,1% WoW, tercatat di Rp11.610/US$).
Masuknya aliran modal ini, tidak terlepas dari optimisme pasar terhadap laju inflasi Februari 2014 yang diperkirakan turun ke level 7,9% YoY (angka aktual berada di 7,8% YoY). Sentimen domestik yang masih kondusif tersebut, mampu menopang likuiditas di pasar primer.