Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan sejumlah data ekonomi dari beberapa negara mempengaruhi pergerakan kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat.
“Sore ini data inflasi Uni Eropa patut ditunggu, karena akan berkaitan dengan kebijakan (bank sentral Eropa) ECB ke depannya,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (24/2/2014).
Berikut analisa pasar keuangan Samuel Sekuritas Indonesia:
- Sentimen negatif dari China tidak bertahan lama. Setelah sempat tertekan pada Kamis setelah data manufaktur China yang memburuk, mata uang Asia menguat terhadap dolar hingga Jumat sore.
- Dollar Index yang menguat akibat baiknya data AS tidak begitu ampuh untuk membawa pelemahan di Asia. Kurs rupiah Bloomberg juga menguat cukup tajam ke kisaran 11,700-an walaupun kurs JISDOR BI melemah tipis.
- Penguatan masih terlihat pada pasar SUN dengan yield yang masih turun
- Penjualan rumah AS turun, dollar index tertekan.
- Penjualan rumah AS yang diumumkan pada Jumat malam, menunjukkan data yang kurang baik sehingga membawa tekanan terhadap dolar.
“Meredanya sentimen negatif dari China dan dollar index yang tertekan berpeluang mendorong penguatan pada rupiah,” kata Rangga.