Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah/US$ Sepanjang Pekan Lalu Naik 0,74%, Ini Faktor Penguatnya

Dibandingkan dengan penutupan pada Jumat (14/2/2014), kurs rupiah atas dolar AS pada Jumat (21/2/2014) mampu menguat 0,74% ke Rp11.744, seperti data di Bloomberg Dollar index
 Rupiah/Bisnis
Rupiah/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA- Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat sepanjang pekan lalu berfluktuasi, dan menguat pada penutupan Jumat (21/2/2014).

Dibandingkan dengan penutupan pada Jumat (14/2/2014), kurs rupiah atas dolar AS pada Jumat (21/2/2014) mampu menguat 0,74% ke Rp11.744, seperti data di Bloomberg Dollar index.

"Laju nilai tukar rupiah masih bertahan di zona hijau sepanjang pekan lalu," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada dalam risetnya.

Reza mengatakan laju nilai tukar rupiah dalam sepekan lalu dipengaruhi sejumlah data, antara lain:

  • Dirilisnya neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV/2013 yang surplus sebesar US$4,4 miliar, setelah selama tiga triwulan terakhir mengalami defisit. Perbaikan NPI kuartal IV/2013 ditopang deficit transaksi berjalan yang menurun cukup tajam menjadi US$4 miliar atau 1,98% dari PDB.
  • Laju dolar AS masih menunjukkan pelemahan, terutama setelah pelaku pasar merespons penurunan manufacturing production dan industrial production Amerika Serikat.
  • Laju nilai tukar rupiah juga sempat berbalik melemah pascakenaikan selama 3-4 hari terakhir yang ditopang aksi profit taking, dan memanfaatkan pelemahan pada dolar AS untuk masuk kembali.
  • Pelemahan turut dipicu oleh beredarnya kekhawatiran dirilisnya revisi UU Minerba akan makin mengetatkan kebijakan larangan ekspor bahan mentah, yang nantinya dapat mengganggu neraca perdagangan.
  • Pelemahan yuan pasca sentimen negatif yang melanda sektor perbankannya.
  • Spekulasi meningkatnya inflasi akibat bencana alam turut berimbas negatif pada laju rupiah.
  • Pelemahan sejumlah mata uang emerging market lainnya, terutama untuk mata uang yang negaranya sedang mengalami konflik antipemerintahan a.l Thailand dan Ukraina.
  • Adanya aksi beli pada mata uang euro dan poundsterling terkait dengan spekulasi bank sentral Eropa ECB akan kembali meneruskan pelonggaran moneter
  • Stabilnya rilis inflasi di Inggris
  • Meningkatnya dolar Australia pasca dirilisnya kenaikan CB leading indicator turut berimbas positif

"Laju dolar AS seakan terhalangi sentimen positif, sehingga rupiah pun tidak terlalu melemah," kata Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper