Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan penguatan rupiah berpeluang berlanjut pada hari ini, Senin (17/2/2014)
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengemukakan tidak adanya data ekonomi global yang penting, membuat sentimen surplus neraca pembayaran akan menjaga penguatan rupiah.
“Data penting yang bisa mengubah arah rupiah secara signifikan adalah HSBC Flash Manufacturing PMI China yang akan diumumkan pada Rabu (19/2/2014),” kata Rangga dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (17/2/2014).
Dikemukakan penguatan mata uang Asia terjadi ketika fundamental ekonomi Indonesia membaik.
Hampir semua mata uang Asia, ujarnya, menguat terhadap dolar AS hingga Jumat sore (14/2/2014).
Rangga mengatakan rupiah menjadi yang terbesar penguatannya, tambahnya, setelah pada hari yang sama defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal IV tersisa hanya US$4 miliar dari yang sebelumnya mencapai US$8,52 miliar.
Angka tersebut setara dengan 1,98% rasio terhadap PDB nominal. Rupiah Bloomberg dan kurs JISDOR Bank Indonesia untuk pertamakalinya semenjak November 2013 turun ke bawah 12.000.
“Penguatan juga terjadi di pasar SUN dan saham sampai Jumat sore,” kata Rangga.