Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia, Brasil, India Topang Pendapatan Unilever

Unilever, perusahaan pembuat es krim Magnum dan sampo TreSemme, melaporkan pertumbuhan penjualan kuartal keempat 2013 melampaui perkiraan, dipimpin oleh rebound di pasar negara berkembang.

Bisnis.com, LONDON—Unilever, perusahaan pembuat es krim Magnum dan sampo TreSemme, melaporkan pertumbuhan penjualan kuartal keempat 2013 melampaui perkiraan, dipimpin oleh rebound di pasar negara berkembang.

Menurut siaran pers perusahaan yang berbasis di London dan Rotterdan pada Selasa (21/1/2014), pendapatan tidak termasuk akuisisi dan fluktuasi mata uang naik 4,1% dalam 3 bulan hingga Desember.

Berdasarkan survei Bloomberg, perkiraan median bagi pertumbuhan perusahaan adalah 3,9%. Jumlah pokok penjualan diprediksi naik 2,7%, melebihi perkiraan sejumlah analis yakni 2,5%.

Kuartal terakhir 2013 mendapat keuntungan atas peningkatan kinerja di pasar negara berkembang di tengah pertumbuhan ekonomi yang sedang tergelincir. Penjualan di kawasan itu naik 8,4%, lebih baik dari kenaikan 5,9% pada kuartal ketiga 2013.

Unilever menghasilkan 57% dari total pendapatan melalui negara-negara seperti India dan China, setelah sebelumnya pada September, perusahaan telah mengatakan perlambatan pertumbuhan di kawasan itu akan membebani periode kedua penjualan.

“Mengingat kecemasan yang cukup besar menjelas rilis ini, kita mengharapkan reaksi positif hari ini,” ujar Jeff Stent, analis BNP Paribas, dalam siaran pers.

Menurut Indeks saham Belanda (AEX Index), saham Unilever naik 3,3% menjadi 29,79 euro pada awal perdagangan di Amsterdam. Pada Senin (20/1/2014), saham telah jatuh 1,5% tahun ini, di antara lima pemain terburuk lainnya di Belanda.

Chief Financial Officer Jean-Marc Huet mengatakan hasil di pasar negara berkembang “menggembirakan”, meskipun kawasan itu sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dan depresiasi mata uang.

Indonesia, Brasil dan India secara keseluruhan menyumbang 18% dari penjualan Unilever. Menurut data Bloomberg, negara-negara ini mengalami penurunan mata uang lebih dari 10% terhadap euro selama 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor :
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper