Bisnis.com, JAKARTA— PT Monex Investindo Futures memperkirakan melemahnya nilai tukar ringgit Malaysia bakal mendorong peningkatan ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Analis PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan pergerakan harga CPO juga dipicu adanya kekhawatiran investor dengan permintaan minyak sawit, setelah India menaikan pajak CPO.
Selain itu, ujarnya, melambatnya penyaluran kredit China mengisyaratkan masih rapuhnya momentum pertumbuhan ekonomi terbesar nomor dua di dunia tersebut. India dan China merupakan dua konsumen CPO terbesar di dunia.
“Kembali melemahnya nilai tukar ringgit Malaysia dapat memberikan harapan akan membaiknya outlook ekspor,” kata Zulfirman dalam risetnya yang diterima hari ini, Rabu (15/1/2014)
Dikemukakan pada grafik harian, turunnya indikator MACD, dan RSI, dapat menyediakan tekanan penurunan bagi palm oil untuk menguji MA 100. Meski demikian, CPO diperkirakan masih akan bergerak sideways untuk sementara waktu, seiring minyak sawit masih terperangkap di antara MA 50 dan MA 100.
Zulfirman mengatakan agar mewaspadai level penutupan harian di bawah MA 100 (RM2491) karena dapat memicu penurunan yang lebih dalam.
“Kegagalan mengatasi MA 100 dapat memicu aksi bargain-hunting pasca kejatuhan, juga dengan indikator Stochastic yang berada di area oversold,” kata Zulfirman.
Menurutnya outlook CPO masih netral, namun posisi short lebih sesuai dengan stop-loss RM2605.
Resisten berada di 2.531 dan 2.551 ringgit Malaysia/ton (harga tertinggi 13 dan 10 Januari). Support di 2.486 dan 2.455 ringgit Malaysia/ton (harga terendah 13 Januari dan 29 Oktober).
Seperti diketahui dari data Bloomberg, untuk kontra Maret 2014, perdagangan CPO hari ini (15/1/2014) dibuka dengan harga 2.498 ringgit Malaysia/ton. Sampai dengan pukul 11.29 WIB, harga CPO bergerak di kisaran 2.492—2.516 ringgi Malaysia/ton.