Bisnis.com, NEW YORK—Harga minyak West Texas Intermediate diprediksi rebound minggu depan, setelah melonjak ke level tertinggi pascarilis data sektor pekerja AS anjlok. Hal ini meredam spekulasi tapering lanjutan dari Federal Reserve.
Sebuah survei dari Bloomberg menunjukkan 46% analis memprediksi kontrak WTI akan naik pekan ini. Adapun 22% analis memperkirakan WTI melemah, sisanya mengatakan harga minyak mentah ini tak akan banyak berubah.
WTI bangkit dari level terendah dalam 8 bulan terakhir dan mencetak reli. Harga WTI juga ditopang oleh impor minyak China yang menanjak.
Direktur Riset Komoditas IAF Advisors Houston Kyle Cooper, seperti dirilis dari Bloomberg, mengatakan the Fed tampaknya tidak akan tergesa-gesa untuk memangkas stimulus moneter AS lebih lanjut.
“Data China menunjukkan permintaan minyak dunia masih kuat. Harga minyak turun US$8 beberapa hari belakangan dan kenaikan ini hanya menunjukkan sedikit rebound,” katanya.
Harga kontrak WTI untuk pengiriman Februari naik US$1.06 atau 1,2% dan ditutup pada level US$92,72 per barel di New York Mercantile Exchange. Kenaikan tersebut yang tertinggi sejak 10 Desember. Adapun sepanjang pekan lalu harga WTI turun 1,3%.
Sementara itu harga kontrak Brent untuk pengiriman Februari naik 86 sen atau 0,8% menjadi US$107,25 per barel di ICE Futures Europe, London. Harga Brent merangkak naik karena pasokan minyak berkurang akibat berhentinya produksi di North Sea Buzzard.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
