Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak New York mencapai posisi terendah delapan bulan pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena tingginya persedian minyak mentah dan produk minyak di AS YANG menunjukkan bahwa pasokan terus melebihi permintaan.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari turun 67 sen menjadi berakhir di US$91,66 per barel, sebuah tingkat yang terakhir terlihat pada 1 Mei tahun lalu.
Di London, minyak mentah Brent North Sea mengikutinya, kehilangan 76 sen menjadi menetap di US$106,39 per barel.
Badan Informasi Energi AS pada Rabu melaporkan bahwa meski stok minyak mentah jatuh moderat, mereka (stok) tetap sangat tinggi.
Persediaan bensin atau bahan bakar minyak naik sebesar 6,2 juta barel, jauh di atas 2,0 juta barel konsensus perkiraan para analis.
"Ini sepertinya menjadi terhuyung-huyung dari laporan kemarin," kata Matt Smith dari Schneider Electric tentang jatuhnya harga.
"Produksi sedang melonjak pada level tertinggi dalam beberapa dekade, dan dengan produk-produk tidak menunjukkan banyak kekuatan."
Bart Melek dari TD Securities mengatakan minyak mentah turun karena mengantisipasi banyaknya produksi dari produksi baru di AS sendiri. Selain itu, juga lebih banyak pasokan juga berasal dari Timur Tengah.
Harga minyak cenderung menghadapi tekanan lebih lanjut, karena produksi Libya naik menjadi 546.000 barel per hari dari 250.000 barel per hari sebelumnya.
Meskipun terjadi peningkatan produksi, para analis tidak memperkirakan Libya akan segera kembali ke tingkat produksi sebelumnya 1,4 juta barel.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis waktu setempat juga melaporkan angka pendahuluan untuk klaim pengangguran awal disesuaikan secara musiman turun 15.000 menjadi 330.000 pada pekan lalu.
Serangkaian data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis baru-baru ini, juga memperkuat spekulasi bahwa The Fed dapat mempercepat keluar dari program pembelian obligasi besar-besarannya.
Selain itu, risalah pertemuan kebijakan terbaru The Fed pada Desember menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat The Fed mendukung pengurangan program pembelian obligasi.
Apa yang disebut tapering (pengurangan stimulus) bank sentral AS kemungkinan akan meningkatkan greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain, sehingga meredam permintaan untuk minyak. (Antara/AFP)