Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Baru 2014, Ini 4 Faktor Risiko Versi Boediono

Tahun baru menghadirkan optimisme baru bagi semua orang, termasuk bagi pelaku pasar modal.Sejumlah harapan juga disampaikan Wakil Presiden RI Boediono dalam acara pembukaan perdagangan saham 2014 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2014).
Wapres Boediono/
Wapres Boediono/

Bisnis.com, JAKARTA—Tahun baru menghadirkan optimisme baru bagi semua orang, termasuk bagi pelaku pasar modal.

Sejumlah harapan juga disampaikan Wakil Presiden RI Boediono dalam acara pembukaan perdagangan saham 2014 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2014).

Namun, menurut Boediono, optimisme itu dibayangi oleh empat faktor risiko. Berikut ulasannya:

Pertama, likuiditas global.

Keputusan bank sentral AS The Federal Reserve untuk merealisasikan tapering off beberapa waktu lalu,menunjukkan pengetatan likuiditas global.

Menurutnya, keputusan tersebut tentunya akan menjadi tanda tanya‎.

Pada dasarnya, tapering off itu bukan menunjukkan bangkrutnya perusahaan finansial, melainkan timbul karena perbaikan (‎recovery) di sejumlah negara maju, terutama AS.

“Pengaruhnya dipastikan akan berbeda dibandingkan dengan tahun 2008 lalu,” tuturnya di hadapan para pelaku pasar modal, Kamis (2/1/2014).

Boediono mengharapkan keputusan tersebut tidak akan mengganggu ekonomi sejumlah negara, karena telah ada persiapan.

Dengan demikian, itu diharapkan tidak mengganggu postur moneter dan fiskal Indonesia yang dinilai bagus saat ini.

Kedua, harga minyak.

Ini menjadi salah satu variabel yang penting karena bisa masuk ke berbagai sektor, mulai dari riil, fiskal, hingga transaksi berjalan (current account).

Dia berpandangan bahwa posisi saat ini hampir menghadapi keseimbangan harga. Di dalam negeri, faktor risikonya adalah produksi dalam negeri‎ dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM).

“Berdasarkan laporan, volume produksi dan konsumsi on track sesuai dengan yang direncanakan,” tuturnya.

Ketiga, harga bhn makanan‎.

Menurutnya, faktor risiko ini penting karena masuk ke postur ekonomi Indonesia, contohnya inflasi, mulai dari sektor keuangan ataupun riil.

“Determinannya‎ adalah pada bahan pokok. Perlu dikendalikan,” katanya.

Keempat, politik dalam negeri.

Pemilihan umum (Pemilu) 2014 tentu memiliki pengaruh terhadap ekonomi Indonesia. Masyarakat Indonesia berharap bisa belajar dari Pemilu 2004 dan 2009 lalu.

“Kita berharap pesta demokrasi bisa menghasilkan keputusan yang terbaik,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper