Bisnis.com, JAKARTA— Badan Pusat Statistik (BPS) rencananya akan mengumumkan data ekonomi a.l data inflasi dan neraca perdagangan pada hari ini, Kamis (2/1/2014).
Berdasarkan poling ekonom yang disurvei Reuters, laju inflasi Desember diperkirakan naik menjadi 0,49% dibandingkan dengan laju inflasi November 0,12% karena naiknya harga makanan dan pakaian.
Selama tahun lalu, tingginya inflasi dan angka defisit neraca perdagangan merupakan faktor yang menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan merupakan mata uang yang terlemah diantara negara Asia lainnya sepanjang 2013.
Poling survey itu juga mengatakan defisit neraca perdagangan pada November akan berada pada kisaran US$70 juta dari bulan sebelumnya US$50 juta.
“Kami perkirakan kontrak ekspor November melemah seiring melemahnya permintaan eksternal, sedangkan impor juga terlihat masih melemah di tengah ketatnya kebijakan pemerintah,” ujar Enrico Tanuwidjaja, Analis Nomura.
Biasanya, Indonesia mengalami surplus perdagangan, tetapi terjadi defisit tahunan yang tidak biasa pada 2012, dan pada 2013 juga lebih sering mengalami defisit.
Sementara itu, proyeksi global ekonomi akan membaik. Sejumlah analis pun meyakini akan ada kenaikan tingkat suku bunga acuan pada kuartal I/2014 untuk mengurangi kekhawatiran terhadap defisit neraca perdafangan.
"Kami yakin bank sentral akan menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 7,75% pada rapat dewan gubernur yang akan diselenggarakan 9 Januari 2014, sebagai usaha untuk mengekang defisit current-account,” ujar Arga Samudro, Ekonom Bahana Securities.