Bisnis.com, JAKARTA— Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat yang tembus di atas Rp12.000 per dolar AS, membuat sejumlah analis angkat bicara soal suku bunga acuan (BI Rate).
Apalagi mengingat Bank Indonesia akan menggelar rapat dewan gubernur pada Kamis (12/12/ 2013).
Berikut komentar analis sola BI Rate:
- Analis dan Periset PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir: Naikkan BI Rate jadi 9%
Zulfirman mengatakan tingkat kewaspadaan mesti ditingkatkan, jika pada penutupan hari ini rupiah per dolar AS sampai menyentuh Rp12.220.
“Jika ditutup di atas Rp12.220 per dolar AS, besok bisa lari,” kata Zulfirman, Kamis (5/12/2013).
Dia mengatakan jika pelemahan rupiah berlanjut, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meredam pergerakannya adalah dengan menaikkan BI Rate di atas inflasi berjalan.
“Inflasi berjalan tahunan November 2012-November 2013 sebesar 8,37%. Jika sekarang BI rate 7,5%, BI Rate agar naik menjadi 9%,” kata Zulfirman.
Menurutnya jika suku bunga persentasenya di bawah tingkat inflasi, menyebabkan investor enggan untuk berinvestasi berdenominasi rupiah.
- Analis BNI Securities Thendra Crisnanda: BI Rate Tetap 7,5%
Thendra menilai Bi Rate 7,5% sudah cukup, karena jika dinaikkan lagi akan meningkatkan suku bunga yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Di samping itu, tambahnya, jika suku bunga dinaikkan akan menyebabkan penyaluran kredit juga lebih rendah, dan menyebabkan biaya ekspansi meningkat.
“Ekspektasi pertumbuhan ekonomi 5,8% (2013). Tahun depan bisa di bawah 5,4%,” kata Thendra.
Kurs rupiah atas dolar AS di Bloomberg Dollar Index pada Kamis (5/12/2013) pada pukul 13.48 WIB bertengger di level Rp12.043. Kemarin rupiah atas dolar AS ditutup Rp11.986 per dolar AS.