Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terus tertekan di atas Rp11.700 pada awal perdagangan Selasa (26/11/2013).
Pelemahan rupiah terus berlanjut, dan berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, rupiah anjlok ke level Rp11.783 per dolar AS pada pukul 11.16 WIB.
Menurut Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk Ryan Kiryanto, ada beberapa cara menguatkan rupiah dari aspek fundamental dan nonfundamental.
Dari aspek fundamental, Ryan mengatakan bisa dengan cara memperbaiki neraca pembayaran Indonesia (NPI) yakni dengan meningkatkan ekspor non migas dengan cara diversifikasi ekspor.
"Menekan impor bahan baku dan bahan penolong dengan cara memproduksi di dalam negeri. Serta mengurangi impor BBM dengan cara menghemat BBM, mengembangkan energi alternatif [non fosil], juga dengan menggunakan gas renewable energy lainnya [ethanol] serta memperbesar biodiesel," ujarnya, Selasa (26/11/2013).
Selain itu, lanjutnya, dengan menekan defisit transaksi sektor jasa dengan cara mengoptimalkan sumber daya lokal (sektor tenaga kerja, asuransi dan pelayaran). Selain itu, dengan reschedule dan menunda kewajiban utang luar negeri pemerintah, BUMN dan korporasi swasta.
Untuk menguatkan rupiah, Ryan mengatakan pemerintah harus mendorong BUMN melakukan buy back saham untuk menaikkan kembali IHSG sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Selain itu, juga dengan mendorong peningkatan investasi langsung (foreign direct investment/FDI) dan memberikan insentif fiskal.
Sementara itu, untuk memperkuat rupiah dari aspek non fundamental, Ryan mengatakan bisa dengan menciptakan sentimen positif ke pasar melalui strategi komunikasi yang efektif dan konstruksi. Lalu meredam kepanikan kekhawatiran di pasar dengan pernyataan yang menyejukkan dan optimis.
“Pemerintah juga harus mengeluarkan paket kebijakan bidang ekonomi yang komprehensif dan ramah investor,” tuturnya.