Bisnis.com, JAKARTA - Untuk dapat mengurangi jumlah utangnya yang mencapai US$490 juta (atau setara Rp5,39 triliun) dan Rp978 miliar per akhir kuartal III/2013, PT Bakrie & Brothers Tbk diperkirakan akan kembali menjual anak usahanya, selain PT.Bakrie Pipe Industries BPI) yang kini tengah dilego.
Reza Nugraha, analis MNC Securities, memprediksi anak usaha yang akan dilepas kemudian adalah yang tidak tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Adapun, Direktur Utama dan CEO Bakrie & Brothers (BNBR) Bobby Gafur Umar mengatakan perseroan mulai berusaha mengurangi utang sekitar Rp6,7 triliun sejak pertengahan tahun ini.
“Kami berencana menjual aset. Sebanyak 60%-70% utang jangka pendek akan kami perpanjang. Pada tahun depan, kami akan pangkas total utang kami 50% dari jumlah saat ini,” katanya.
BNBR akan menempuh beberapa cara untuk menekan jumlah utangnya yang membengkak. Perseroan bakal menjual kepemilikan sahamnya di BPI, anak usaha yang memproduksi pipa baja untuk sektor minyak dan gas.
Hingga akhir September 2013, pinjaman jangka pendek BNBR ke Credit Suisse AG cabang Singapura sebesar Rp2,25 triliun. Ini nilai pinjaman paling besar dari total pinjaman jangka pendek Rp4,1 triliun. Dana hasil divestasi BPI diprediksi tidak cukup untuk melunasi utang ke Credit Suisse.
BNBR butuh pendapatan besar agar dapat melunasi pinjaman. Untuk itu, perseroan akan menggenjot investasi di sektor manufaktur untuk jangka pendek dan sektor infrastruktur untuk jangka panjang.
Perseroan memiliki proyek raksasa di bawah PT Bakrie Indo Infrastructure, yakni pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Tanjung Jati 2x660 MW di Cirebon, Jawa Barat. Proyek sekitar US$2 miliar itu akan beroperasi 4 tahun mendatang.
Selengkapnya baca: http://epaper.bisnis.com/index.php/ePreview?OldID=14#