Bisnis.com, JAKARTA— PT Monex Investindo Futures memperkirakan penguatan rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) ke level Rp10.000 seperti kondisi sebelum pertengahan Juli 2013 masih sulit tercapai.
Periset dan Analis Senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan keberlanjutan penguatan rupiah atas dolar AS masih akan menunggu sentimen dari pemaparan data ekonomi dalam negeri pada Oktober 2013.
“Masih sulit untuk menuju level Rp 10.000 per dolar AS atau Rp9.800 seperti pertengahan Juli 2013,” kata Zulfiman Basir, Periset dan Analis Senior PT Monex Investindo Futures saat dihubungi melalui telepon genggamnya hari ini, Kamis (19/9/2013),
Dia mengatakan pasar masih menunggu data ekonomi Indonesia yang akan dirilis awal Oktober 2013, yaitu inflasi, defisit neraca perdagangan, dan indeks manufaktur.
Dia mengatakan kurs rupiah atas dolar AS terus bertengger di angka Rp9.800-Rp10.000 sampai pertengahan Juli 2013, dan merangkak naik setelah pada Juni Gubernur The Fed Ben S. Bernanke mengatakan kemungkinan pengurangan stimulus bisa dilakukan pada tahun ini. Ternyata The fed tidak melakukan pengurangan stimulus seperti dipaparkan Bernanke dini hari WIB, Kamis (19/9/2013).
Rupiah terus melemah, dan pelemahan tersebut makin kencang mulai 15 Agustus 2013 bahkan nyaris menyentuh level Rp12.000 per dolar AS.
“Pelemahan rupiah yang kencang di samping pernyataan Bernanke, juga diperparah tak bisanya infasi ditekan menyusul kenaikan harga BBM,” kata Zulfirman.
Seperti diketahui pagi ini (19/9/2013), rupiah sempat menyentuh nilai tukar dengan dolar AS dengan kurs Rp10.908. (ltc)