Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tunggu Putusan The Fed, IHSG Diprediksi Bergerak Mix

Bisnis.com, JAKARTA—Perdagangan saham diperkirakan bergerak mix hari ini, Selasa (17/9/2013), menunggu hasil keputusan rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve malam ini WIB.

Bisnis.com, JAKARTA—Perdagangan saham diperkirakan bergerak mix hari ini, Selasa (17/9/2013), menunggu hasil keputusan rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve malam ini WIB.

Berdasarkan riset PG Asset Management, indeks harga saham gabungan (IHSG) menanjak pesat 3,35% dan mengakhiri perdagangan Senin (16/9/2013) di level 4.522,24.

Seluruh sektor berada di zona positif. Sektor aneka industri naik sebesar 9,14%. Kenaikkan terendah terjadi pada sektor pertanian yang hanya mengalami kenaikkan sebesar 0,21%.

Meningkatnya pasar merupakan dampak positif dari ditingkatkannya suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia pekan lalu.

Namun sayang, IHSG dibuka melemah 0,08% ke level 4.518,26 pada perdagangan hari ini, Selasa (17/9/2013). Dari 479 saham yang diperdagangkan, sebanyak 12 saham menguat, 5 saham melemah, dan 462 saham stagnan.

Pemberitaan internasional memberitakan pengunduran diri Larry Summer dari pencalonan sebagai ketua The Fed.

Pemberitaan ini setidaknya membawa dorongan positif terhadap bursa regional dan emerging market pada perdagangan kemarin.

Obligasi Indonesia menguat kemarin. Obligasi yang bertenor 10 tahun menguat kembali setelah mengalami pelemahan dalam sebulan terakhir.

Sementara itu, nilai rupiah mengalami pelemahan tipis 0,25% menjadi Rp11.423 per dollar AS.

Dalam rapat umum seputar RAPBN 2014 kemarin, Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan defisit anggaran diperkirakan akan meningkat sebesar 2% serta pertumbuhan ekonomi pada tahun depan diperkirakan akan naik 1,5% dari data konsensus sebelumnya, yaitu pada bulan Agustus lalu.

Membengkaknya defisit anggaran akibat dari melemahnya nilai rupiah dan beban subsidi bahan bakar. Subsidi tersebut digunakan untuk membiayai bahan bakar dan listrik yang membengkak sebesar Rp328,7 triliun.

Data tersebut menjadi hal yang mengkhawatirkan para investor dan berdampak pada melemah kembali nilai rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper