Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan tambang pelat merah PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) akan memutuskan rencana penerbitan obligasi Rp1 triliun pada Oktober 2013 dengan mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti kondisi makroekonomi, harga komoditas, dan kebutuhan pendanaan proyek.
Rencana penerbitan obligasi yang telah direncanakan sejak awal 2013 itu merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) senilai maksimal Rp4 triliun. Dari jumlah tersebut, perseroan telah menerbitkan surat utang senilai Rp3 triliun pada 2011 lalu.
Direktur Utama Aneka Tambang (Antam) Tato Miraza menuturkan perseroan masih akan memantau kondisi pasar komoditas dan melihat perkembangan sejumlah proyek yang sedang dikerjakan.
Setidaknya ada dua pilihan dalam pengambilan keputusan emisi obligasi itu. Pertama, Antam kemungkinan menunda penerbitan surat utang dari semester II tahun ini menjadi awal tahun depan, jika harga komoditas belum membaik dan pembangunan proyek tersendat.
Kedua, perseroan akan tetap menerbitkan obligasi jika harga komoditas telah membaik, kondisi makroekonomi, dan pembangunan proyek lebih cepat dari target.
“Untuk sementara, kami masih pikir-pikir. Penerbitan obligasi itu masih opsional. Direksi masih terus mengevaluasi rencana tersebut,” katanya kepada Bisnis, Kamis (12/9/2013).
Dia menjelaskan rencana penerbitan obligasi Rp1 triliun akan dialokasikan sebagai sumber pendanaan tambahan dalam proyek perluasan pabrik feronikel Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dengan total investasi US$573 juta.
Proses rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC) proyek itu telah mencapai 30% hingga saat ini. Sementara itu, belanja modal (capital expenditure/capex) yang telah ditanam US$149,3 juta atau 26,06% per Juli 2013 dari total rencana investasi.
“Sisa kebutuhan dana proyek Pomalaa diperoleh dari rencana penerbitan obligasi itu,” tuturnya.