Bisnis.com, JAKARTA - Sepekan terakhir ini merupakan hari-hari yang paling krusial bagi pergerakan pasar modal baik global maupun Indonesia.
"Ada 2 faktor yang memicu kondisi ini yakni keputusan The Fed atas paket stimulus dan rencana serangan militer ke Suriah," kata Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities.
Dia memprediksi The Fed berpeluang mengurangi jumlah pembelian obligasi jangka pendeknya sekitar US$20 miliar-US$30 miliar menjadi US$55miliar-US$65 miliar per bulan. Sementara itu, jika rencana serangan ke Suriah terjadi maka harga minyak mentah dunia akan menguat tajam.
"Dolar AS pun akan menguat karena pelaku pasar akan mencari 'flight to quality' currency di masa tak menentu seperti itu," ujarnya, Senin (9/9/2013).
Dia menjelaskan terkait dua hal yang perlu diwaspadai oleh pasar dalam negeri adalah jika harga minyak mentah dunia bisa mencapai US$120/barel karena berpotensi memperbesar defisit neraca perdagangan Januari-Juli.
Adapun jika pengurangan stimulus pada September dilaksanakan potensi dana asing keluar dari Indonesia akan semakin besar.
Per Juli 2013, dana asing di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) tercatat Rp1.640 triliun atau US$164 miliar, dan dana asing di Surat Berharga Negara per Agustus 2013 mencapai Rp287,5 triliun atau US$28 miliar.
"Skenario lebih besar lagi, jika seluruh dana asing [yang tercatat di KSEI dan SBN] sebesar US$192 miliar tiba-tiba keluar dari Indonesia, apakah Indonesia kuat menghadapi hal tersebut?"