Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Naik di Pasar Asia, Dipicu Kekhawatiran Suriah

Bisnis.com, SINGAPURA--Harga minyak naik di perdagangan Asia, Selasa (27/8/2013) sore  dipicu kekhawatiran tentang kemungkinan aksi militer terhadap Suriah,  setelah Washington memperingatkan rezim Presiden Bashar al-Assad atas serangan senjata

Bisnis.com, SINGAPURA--Harga minyak naik di perdagangan Asia, Selasa (27/8/2013) sore  dipicu kekhawatiran tentang kemungkinan aksi militer terhadap Suriah,  setelah Washington memperingatkan rezim Presiden Bashar al-Assad atas serangan senjata kimia yang dituduhkan.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 30 sen menjadi  US$106,22  per barel.  Minyak mentah Brent North Sea untuk Oktober bertambah 32 sen menjadi US$111,05.

Kelly Teoh, ahli strategi pasar di IG Markets Singapura, mengatakan investor mengantisipasi kemungkinan tindakan terhadap Suriah untuk dugaan penggunaan senjata kimia, yang Damaskus telah membantahnya.

"Selama beberapa hari terakhir kita telah melihat rekaman (dari dugaan serangan kimia) dan itu benar-benar keji," katanya kepada AFP.

"Itu tergantung pada apakah dunia akan berkumpul dan menghentikan ini. Investor sedang mencerna itu." Phillip Futures mengatakan dalam sebuah catatan: "Jika kemungkinan militer AS meningkatkan respon, ini akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan berdampak buruk terhadap stabilitas di wilayah penghasil minyak penting di dunia, sehingga menaikkan harga." Amerika Serikat pada Senin mengeluarkan peringatan keras kepada Suriah.

"Biar menjadi jelas. Pembantaian sembarangan warga sipil, pembunuhan perempuan dan anak-anak dan orang tidak bersalah dengan senjata kimia adalah tindakan keji," kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi.

Kerry mengatakan penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil "tak bisa dimaafkan dan tak terbantahkan". Ia mengatakan Presiden Barack Obama akan mengeluarkan keputusan mengenai cara menanggapi situasi tersebut. (Anatara/Reuters)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper