Bisnis.com, KUALA LUMPUR - Ringgit Malaysia jatuh ke titik terendah 3 tahun dan obligasi pemerintah mundur akibat kekhawatiran atas memburuknya posisi current account.
Mata uang Ringgit mengalami kemerosotan terbesar sejak 8 Juli, setelah pekan lalu data resmi menunjukkan surplus perdagangan pada kuartal kedua menyusut 70% dibandingkan dengan kwartal pertama.
Seiring dengan hal tersebut, Fitch Ratings menurunkan prospek utang Malaysia menjadi negatif dari stabil pada Juli. The Federal Reserve akan mulai memangkas pembelian obligasi pada pertemuan 17-18 September, menurut 65% ekonom dalam survei Bloomberg News.
"Kami berada di sebuah lingkungan di mana investor tidak memantau dari dekat negara-negara dengan defisit current account, atau memburuknya surplus [neraca pembayaran]," kata Khoon Goh, ahli strategi di Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Singapura. "Kami melihat modal ditarik keluar dari pasar negara berkembang."
Ringgit terdepresiasi 0,6% menjadi 3,3295 per dolar pada pukul 10:13 di Kuala Lumpur, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Mata uang ini menyentuh 3,3305, level terlemah sejak Juni 2010.
Dalam 1 bulan volatilitas, ukuran pergerakan nilai tukar, turun 4 basis poin, atau 0,04 persen poin, menjadi 9,72%.
Investor menarik US$1,3 miliar dari dana utang negara berkembang dalam sepekan yang berakhir 21 Agustus, setelah menarik US$834,2 juta pada pekan sebelumnya, menurut data yang EPFR global.
Surplus neraca berjalan Malaysia menyempit menjadi 2,6 miliar ringgit (US$ 781 juta) pada kuartal kedua dari 8,7 miliar ringgit pada 3 bulan sebelumnya, yang paling dekat dengan defisit 1999 menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Oversea-Chinese Banking Corp menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Malaysia 2013 menjadi 4,7% dari proyeksi sebelumnya 4,9% menjadi 5%, demikian catatan pada 26 Agustus.
Imbal hasil surat berharga jatuh tempo Maret 2018 sebesar 3,26% naik dua basis poin menjadi 3,65%, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.