Bisnis.com, JAKARTA— Paket kebijakan pemerintah tak mampu mengangkat nilai rupiah. Mata uang nasional itu kembali ditutup melemah pada penutupan pasar pekan ini.
BI menetapkan nilai tengah rupiah pada Jumat (23/8/2013) sebesar Rp10.848 per dolar AS, melemah dari sehari sebelumnya di level Rp10.795.
Sementara itu, Bloomberg Dollar Index mencatat rupiah ber tengger di posisi Rp11.058, merosot 1,68%.
Menurut Kepala Riset PT Real Time Futures, Wahyu Laksono, saat ini yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran sentimen pasar sehingga upaya dari pemerintah tak mampu menolong rupiah.
“Tidak peduli Indonesia ngapain aja, akan percuma, Indonesia mau mempercantik diri seperti apa pun percuma karena ada kejenuhan,” kata Wahyu.
Dia menilai apa yang dilakukan pemerintah saat ini adalah bagian dari respons ekonomi. Namun, rupiah tak akan terangkat begitu saja mengingat perbaikan ekonomi di AS dan Eropa.
Menurutnya, Indonesia menjadi salah satu negara yang diuntungkan oleh krisis global. Melemahnya rupiah merupakan hal wajar, bukan karena reaksi berlebihan atau kepanikan pasar.
Wahyu menambahkan langkah investor adalah tindakan rasional pasar memindahkan uangnya ke tempat yang lebih prospektif dan kuat secara ekonomi.“Ini adalah momentum asing untuk memindahkan uang,” katanya.
Pemerintah seharusnya lebih berfokus pada kebijakan di tingkat regional untuk mengatasi masalah ini. “Atau Indonesia
bisa bermain di tingkat G-20,” kata Wahyu.
Dia memprediksi, dalam waktu dekat ini rupiah ada di kisaran Rp11.000 per dolar AS. Rupiah bisa saja bergerak turun ke posisi Rp10.700 per dolar AS. Namun, arahnya tetap ke level Rp12.000 per dolar AS. (ltc)