Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa China Terburuk di Dunia, US$748 Miliar Nilai Pasar Lenyap

Bisnis.com, JAKARTA—Pasar saham China mencatatkan penurunan terbesar dibandingkan dengan negara lain di dunia. Bursa China hanya lebih baik dari Indeks ASE Yunani, dilihat dari persentase penurunan.

Bisnis.com, JAKARTA—Pasar saham China mencatatkan penurunan terbesar dibandingkan dengan negara lain di dunia. Bursa China hanya lebih baik dari Indeks ASE Yunani, dilihat dari persentase penurunan.

Shanghai Composite Index (SHCOMP), yang naik dua kali lipat dalam 10 bulan sejak Agustus 2009 setelah pemerintah mengguyur stimulus US$652 miliar untuk membangun jalan, rel kereta api dan perumahan, anjlok 43% dari titik tertingginya, menenggelamkan US$748 miliar nilai pasar.

Indeks Standard & Poor 500, acuan saham Amerika, menghapus seluruh kerugian dari resesi terburuk sejak Depresi Besar dan menikmati kenaikan 60% sejak bursa China mencapai puncaknya, mendekati rekor bulan ini.

China tampak tak terkalahkan pada 2009, melampaui Jerman sebagai ekonomi terbesar ketiga dunia dan tumbuh 6% pada kuartal pertama, sedangkan AS turun 4%.

Executive Chairman Templeton Emerging Markets Group Mark Mobius, yang mengawasi US$53 miliar, mengatakan pada Juli 2009 bahwa pasar saham China bisa lebih besar dibandingkan dengan Amerika dalam 3 tahun.

Sekarang, China diracuni oleh ekspansi paling rendah sejak 1990 setelah pemerintah memerintahkan lebih dari 1.400 perusahaan untuk menutup pabrik mereka.

“Konsensus Beijing yang disampaikan oleh sejumlah pengamat barat sebagai sebuah alternatif untuk ekonomi pasar benar-benar sebuah kepura-puraan,” kata Hao Hong, kepala riset China di Bank of Communications Ltd berbasis di Hong Kong, yang pernah memproyeksikan kejatuhan saham. “Sekarang kita semua harus membayarnya.”

Ketika negara itu menyumbang sebagian besar rebound ekonomi global dari krisis keuangan 2008, pertumbuhan melambat setelah Partai Komunis terjebak dalam boom pinjaman US$1,6 triliun pada 2009 yang tidak terduga, yang menyebabkan harga rumah melejit ke level tertinggi sepanjang sejarah dan membiarkan pemerintah lokal dengan rekor utang.

Perdana Menteri Li Keqiang mencoba mentransformasikan China, yang pendapatan per kapitanya 88% di bawah AS, menuju ekonomi berbasis konsumer dari negara eksportir yang mengandalkan mata uang terkendali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis :
Editor :
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper