Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Review Valas Asia, Mulai Menguat setelah Pernyataan The Fed

Bisnis.com, JAKARTA—Mata uang Asia mengalami kenaikan mingguan terbesar dalam 10 bulan, setelah pernyataan Kepala Federal Reserve Ben S. Bernanke, meredakan kekhawatiran adanya pengurangan stimulus, memicu aliran dana ke negara berkembang, tetapi

Bisnis.com, JAKARTA—Mata uang Asia mengalami kenaikan mingguan terbesar dalam 10 bulan, setelah pernyataan Kepala Federal Reserve Ben S. Bernanke, meredakan kekhawatiran adanya pengurangan stimulus, memicu aliran dana ke negara berkembang, tetapi rupiah masih loyo.

Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index naik 0,5% minggu ini setelah Bernanke mengatakan pada 10 Juli, kebijakan moneter yang sangat akomodatif akan dibutuhkan untuk masa mendatang.

Adapun indeks tersebut telah turun 1,2% sejak 22 Mei ketika Fed mengindikasikan pembelian obligasi akan dikurangi. Sementara itu won mempimpin penaikan, dengan penguatan mingguan terbesar dalam 5 bulan setelah Bank of Korea menaikkan proyeksi pertumbuhan 2013 menjadi 2,8% dari perkiraan April sebesar 2,6%.

Pareena Phuangsiri, seorang analis di Kasikornbank Pcl, Bangkok, mengatakan, komentar Bernanke adalah dukungan besar bagi sentimen minggu ini.

"Namun tren untuk penguatan dolar masih ada selama kekhawatiran tentang pengurangan program stimulus The Fed," ujarnya seperti dikutip di Bloomberg, Sabtu (13/7).

Mata uang won naik 1,6% minggu ini, penaikan terbesar sejak periode yang berakhir 15 Februari, ke 1.124,47 per dolar AS pada Jumat (13/7) di Seoul. Dolar Taiwan naik 1% menjadi NT$ 29,93, baht Thailand menguat 0,4% menjadi 31,18 dan ringgit Malaysia naik 0,3% menjadi 3,17.

Asia Dollar Index, yang membandingkan dolar AS dengan 10 mata uang regional yang paling aktif termasuk yen, menyentuh 116,13 pada 11 Juli, yang tertinggi sejak 20 Juni.

Pemulihan Korea

Hasil rapat Juni oleh Komite Pasar Terbuka Federal yang dirilis minggu ini menunjukkan pembuat kebijakan ekonomi AS ingin melihat lebih banyak tanda-tanda perbaikan tenaga kerja AS sebelum mengurangi pembelian obligasi bulanan.

Bank of Korea mempertahankan suku bunga acuan sebesar 2,5% untuk bulan kedua pada 11 Juli setelah penurunan yang mengejutkan pada Mei. Kim Choong Soo, gubernur bank sentral Korea mengatakan, program stimulus, bersama dengan anggaran tambahan sebesar 17,3 triliun won (US$15,4 miliar) telah meningkatkan prospek pertumbuhan.

Hong Seok Chan, analis Daishin Economic Research Institute di Seoul mengatakan, Bank of Korea memberikan pandangan yang lebih optimis dalam pemulihan ekonomi Korea Selatan, yang akan mendukung mata uang lebih lanjut.

Rupee India menguat 1% minggu ini menjadi 59,63 per dolar AS. Mata uang tersebut telah rebound 2,7% dari rekor terendah pada 8 Juli setelah pemerintah mengumumkan langkah untuk mengekang spekulasi.

Bank sentral India melarang bank bertransaksi dengan perdagangan perorangan dalam mata uang berjangka dan exchange-traded options.

Suku Bunga Malaysia

Samir Lodha, partner senior di QuantArt Market Solutions Pvt. di Mumbai mengatakan rupee harus stabil pada saat ini dan mungkin menguat ke sekitar 58 atau 57 per dolar AS jika investor menerima sinyal lagi bahwa ekonomi AS akan akomodatif.

Ringgit menyentuh level tertinggi dalam 3 minggu sebesar 3,15 per dolar AS pada 11 Juli setelah Bank Negara Malaysia mempertahankan suku bunga overnight sebesar 3%.

Kim Leng Ya, kepala ekonom di RAM Holdings Bhd, Kuala Lumpur mengatakan, mata uang Malaysia bisa menguat ke 3 sampai 3,05 ringgit per dolar AS dalam beberapa bulan ke depan.

Di tempat lain di Asia, peso Filipina sedikit berubah minggu ini di 43,412 per dolar AS. Dong Vietnam menguat 0,1% menjadi 21.222, sementara yuan China merosot 0,08% menjadi 6,13 dan rupiah Indonesia melemah 0,5% menjadi Rp9.993.

Rupiah Loyo

Berdasarkan versi Bloomberg, rupiah melemah 0,18% menjadi 9.991 per dolar pada penutupan Jumat (12/7), terlemah sejak September 2009.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Kamis (11/7) memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 50 bps menjadi 6,5%, dengan suku bunga Deposit Facility naik 50 bps menjadi 4,75% dan suku bunga Lending Facility tetap pada level 6,75%.

Kebijakan tersebut ditempuh untuk memastikan inflasi yang meningkat pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dapat segera kembali ke dalam lintasan sasarannya. Adapun BI juga baru saja memberlakukan kebijakan transaksi swap dengan metode lelang.

Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 diperkirakan pada kisaran 5,8%-6,2%, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya 6,2%-6,6%. Hal itu di samping melambatnya pertumbuhan pada kuartal II dan kuartal III 2013 yaitu masing-masing menjadi 5,9%.

Menurut BI, lebih rendahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi 2013 tersebut akibat belum kuatnya ekspor sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas global yang masih lemah.

Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2013 diperkirakan mengalami defisit yang lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Perbaikan NPI ditopang oleh surplus yang cukup besar di Transaksi Modal dan Finansial (TMF), setelah mengalami defisit di kuartal I 2013.

BI menyatakan nilai tukar rupiah pada kuartal II 2013 mengalami depresiasi sesuai dengan nilai fundamentalnya. Secara point to point, nilai tukar rupiah melemah sebesar 2,09% (qtq) menjadi Rp9.925 per dolar AS, atau secara rata-rata melemah 1,03% (qtq) menjadi Rp9.781 per dolar AS.

Inflasi pada Juni 2013 meningkat cukup tinggi sebesar 1,03% (mtm) atau 5,90% (yoy) melebihi target 2013 bank sentral dari 3,5% menjadi 5,5%, dibandingkan dengan 5,47% pada Mei.

Peningkatan inflasi yang sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia tersebut dipicu penaikan harga BBM bersubsidi, yang kemudian mendorong kenaikan harga kelompok administered prices dan volatile food.

Sementara itu, inflasi inti masih terkendali pada level 3,98% (yoy). Bank Indonesia memperkirakan dampak penaikan harga BBM bersifat sementara, sekitar 3 bulan, dengan puncaknya pada  Juli 2013, kemudian menurun pada  Agustus 2013 dan kembali ke pola normal pada September 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper