Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia menjual obligasi dolar 10-tahun senilai US$ 1 miliar dengan yield tertinggi sejak 2010 karena spekulasi Federal Reserve akan memangkas stimulus permintaan pembatasan terhadap aset pasar negara berkembang.
Indonesia mengeluarkan obligasi pada Oktober 2023 dengan yield 5,45%, atau 2,87 poin persentase lebih dari US Treasuries 10 tahun, kata Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan di Jakarta, mengatakan dalam sebuah pesan teks ponsel.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, angka tersebut merupakan tertinggi untuk obligasi 10-tahun dari Indonesia sejak dibayarkan 6% pada Januari 2010.
Obligasi negara berkembang mengalami kejatuhan sejak 22 Mei, ketika Fed mengisyaratkan rencana untuk memangkas pembelian utang US$ 85 miliar per bulan yang mendorong biaya pinjaman ke rekor terendah.
Yield tambahan dibayar pada penjualan terbaru lebih itu lebih dari 1% di atas premium 1,75 poin persentase yang dibayarkan Indonesia pada April, ketika menjual obligasi dengan yield 3,5%, tingkat terendah yang pernah ditawarkan Indonesia untuk obligasi non-syariah.
Pemerintah memilih untuk menjual sekarang karena ketidakpastian tentang kondisi pasar akhir tahun ini, kata Pakpahan. Indonesia mengalokasikan 49% dari obligasi kepada investor AS, 25% ke Asia, dan 26% ke Eropa, dengan total penawaran sebesar US$ 1,9 miliar.
Pengembalian Negatif
Obligasi dolar Indonesia telah menurun 13% tahun ini, yang merupakan terparah di antara 11 negara berkembang Asia berdasarkan indeks HSBC Holdings Plc. Yield pada note yang jatuh tempo Oktober 2023 turun menjadi 5,28 % pada hari pertama perdagangan hari ini, sementara itu obligasi 10-tahun catatan yang dijual di April turun 7 basis poin menjadi 5,07%, demikian harga dikumpulkan oleh Bloomberg.
"Imbal hasil obligasi bergerak meninggi di mana-mana di wilayah tersebut, dan bahkan jika Indonesia memiliki fundamental kuat pun, tidak ada yang kebal," kata Wee-Khoon Chong, analis di Societe Generale SA di Hong Kong, sebelum penjualan.
“Bond yields are going higher everywhere in the region, and even if Indonesia has strong fundamentals, no one is immune,” Wee-Khoon Chong, a strategist at Societe Generale SA in Hong Kong, said before the sale.
Standard & Poor rated menetapkan peringkat Indonesia pada level BB +, satu tingkat di bawah investment grade, karena Indonesia “kondisi kebijakan yang lemah, sedangkan leverage eksternal yang tinggi terus meningkat.”
Moody `s Investors Service dan Fitch Ratings telah memberikan Indonesia peringkat terendah investment grade.
Imbal hasil rata-rata pada obligasi dolar catatan yang dikeluarkan oleh pemerintah menyentuh 6,17% pada 24 Juni, tertinggi sejak Oktober 2011, sebelum jatuh ke 5,89% kemarin, menurut JPMorgan Emerging Markets Bond Index. Ini masih lebih tinggi 137 basis poin dari pada akhir April.
Sukuk
Indonesia telah menjual obligasi dolar 10 tahun dan obligasi dolar 30 tahun pada April. Kali ini, hanya menawarkan surat berharga 10-tahun untuk memanfaatkan permintaan kuat, kata Pakpahan.
Pemerintah memperkirakan defisit anggaran 2,4% dari produk domestik bruto tahun ini, yang akan menjadi defisit terbesar berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Bloomberg sejak 2004.
Indonesia juga akan menjual sukuk global pada semester kedua 2013, Pakpahan mengatakan pada 5 Juli. Obligasi A$ 500 juta juga direncanakan untuk ditawarkan pada Oktober.
Pemerintah menyewa Standard Chartered Plc, JPMorgan Chase & Co dan Barclays Plc untuk mengelola penjualan obligasi dolar, kata Pakpahan.