Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpuruk ke level terdalam sejak 26 Juni 2013 dan jauh meninggalkan level Rp4.500.
Pada Senin (8/7/2013), IHSG anjlok 3,68% atau 169,18 poin ke level 4.433,63, dengan jumlah transaksi sebanyak 7,4 juta lot atau setara dengan Rp4,5 triliun. Sembilan sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia seluruhnya melemah dipimpin oleh penurunan sektor konstruksi dan properti 3,82%.
Kondisi seperti ini tentu membuat panik dan kekhawatiran bagi para pelaku pasar. Meskipun koreksi indeks masih dapat terjadi, tetapi investor disarankan untuk tidak panik dan mengambil langkah secara tergesa-gesa tanpa pertimbangan.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai jatuhnya IHSG kemarin karena terpengaruh pergerakan bursa Asia yang juga melemah.
Selain itu, dari dalam negeri juga belum ada sentimen positif yang cukup kuat menahan pengaruh bursa regional tersebut. Bahkan, revisi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia ikut menjadi sentimen negatif bagi bursa saham di Indonesia.
"Belum ada triger yang kuat yang bisa mendorong pergerakan IHSG. Bursa saham kita juga masih 'latah', ketika bursa Asia melemah, dia cenderung ikut melemah," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (9/7/2013).
Saat ini, lanjut dia, pergerakan pasar modal memang masih didominasi oleh investor asing. Dan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat para investor asing panik dan memberi kesan pasar modal Indonesia tidak lagi menarik.
"Kenaikan BBM serta tingkat inflasi memang dikhawatirkan menurunkan daya beli masyarakat. Tetapi kalau dilihat lagi, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia juga masih tinggi. Karena kelas menengah ke atas masih cukup besar. Jadi ekonomi di Indonesia tidak seburuk yang dibayangkan," ungkapnya.
Untuk mengantisipasi fluktuasi IHSG dan potensi penurunan indeks, investor disarankan membuat perencanaan investasi yang baik. Selain itu, pengelolaan psikologis agar tidak mudah panik dan terpengaruh orang lain juga diperlukan.
"Bagaimana Anda mengelola aspek psikologis itu sangat penting, sehingga tidak panik melihat pergerakkan IHSG. Yang tak kalah penting adalah membuat perencanaan investasi. Tetapkan tujuan Anda, dan harus bisa mengikuti perencanaan yang sudah dibuat. Karena, saat ini kecenderungannya investor lokal masih mengekor investor asing," tuturnya.
Secara terpisah, Technical Analyst eTrading Securities Yosua Batubara dalam risetnya juga mengatakan masih terdapat potensi tekanan terhadap IHSG.
Secara teknikal, lanjut dia, leading indikator stochastic oscillator mulai kembali memasuki area jenuh jual (oversold), tetapi indikator Moving average masih menghasilkan signal bearish.
"Penurunan volume rata-rata mengindikasikan meskipun tekanan bearish mulai berkurang namun IHSG masih berpotensi terkoreksi untuk menguji level support yang berada pada 4,420 dan 4,350 untuk support berikutnya," ungkapnya.