BISNIS.COM, JAKARTA—Saham emerging market anjlok ke level paling dalam sejak lebih dari 20 bulan, sementara sejumlah nilai tukar melemah dan belanja obligasi meningkat setelah krisis keuangan di China memburuk.
Kondisi tersebut terutama dipicu oleh pernyataan bank sentral AS yang akan mengurangi stimulus moneter tahun ini dan akan menghentikannya pada pertengahan 2014.
Indeks MSCI Emerging Markets tergelincir 4% menjadi 908,49 sehingga melengkapi penurunan terdalam sejak September 2011. Fluktuasi yang telah berlangsung selama 10 hari berlanjut ke posisi tertinggi dalam 11 bulan.
Indeks saham acuan Turki melemah 6,8% setelah pasar lesu akibat kelesuan pasar untuk saham-saham sektor perbankan. Sebanyak 22 dari mata uang 24 negara berkembang turun setelah lira Turki dan rupee India mencatat rekor penurunan sebagaimana dikutip Bloomberg, Jumat (21/6/2013).
Saham seluruh sektor industri pada Indeks Emerging Markets turun sedikitnya 2,7% hari ini yang digiring turun oleh perusahaan jasa dan keuangan. Indeks MSCI dilaporkan anjlok 14% tahun ini akibat reaksi pasar atas tindakan bank sentral AS mengurangi stimulus.
Sementara lambatnya pertumbuhan ekonomi di China, aksi protes di Turki dan melebarnya defisit transaksi di Brazil dan Indonesia telah memicu arus modal lari ke luar negeri.