BISNIS.COM, LONDON—Yen justru melemah ketika saham Asia dan Eropa menguat di tengah berkurangnya spekulasi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/Fed) akan mengurangi stimulus moneter.
Mata uang Jepang itu turun sampai 100 per dolar AS setelah kemarin naik ke level terkuat dalam 3 pekan terakhir.
Sementara itu, dolar Australia melemah terhadap 16 mata uang setelah Reserve Bank of Australia (RBA) menjelaskan prospek inflasi telah menyediakan ruang lingkup untuk penurunan moneter selanjutnya.
Sebaliknya, mata uang Afrika Selatan menguat terhadap mata uang AS pada hari kedua.
"Pasar kembali bergerak seiring dengan melemahnya Yen. Kinerja perkonomian AS dan kebijakan Fed akan mempengaruhi Yen,” jelas Lee Hardman, pengamat keuangan dan strategi di Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltg di London seperti dikutip dari Bloomberg.
Yen melemah 0,4% menjadi 99,90 per dolar AS pada pukul 07.09 waktu New York setelah turun 100,42. Pada level terkuat sejak 9 Mei dihargai 98,87. Mata uang Jepang turun 0,5% menjadi 130,85 per euro setelah naik 1% selama 2 hari sebelumnya. Euro sedikit berubah pada $1,3.
Hardman mengatakan yen akan melemah terhadap 110 per dolar selama 12 bulan ke depan dan saham MSCI Asia Pacific Index akan naik 1,1% lalu Stoxx Europe 600 Index menguat 0,3%. (Novita Sari Simamora)