BISNIS.COM, JAKARTA-- Setelah melakukan pergantian lini bisnis utama dengan beralih ke sektor pertambangan dari sebelumnya sektor perkebunan, PT Cakra Mineral Tbk berhasil mencetak kinerja positif pada kuartal I/2013.
Strategi emiten berkode saham CKRA yang banting setir pada kegiatan eksplorasi bijih besi tersebut, terbukti ampuh dalam mendongkrak kinerja perseroan secara signifikan pada tiga bulan pertama tahun ini dengan mencetak laba bersih Rp5,24 miliar.
Dibandingkan dengan kinerja kuartal I/2012, emiten yang sebelumnya bernama PT Citra Kebun Raya Agri Tbk itu membukukan kinerja negatif dengan rugi bersih Rp1,28 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan CKRA yang dirilis Senin (20/5/2013), total penjualan perseroan sepanjang kuartal I/2013, secara keseluruhan berasal dari transaksi penjualan bijih besi kepada PT Visi Utama Mandiri yang mencapai Rp22,12 miliar.
Seperti diketahui, pergantian lini bisnis utama CKRA, dimulai dengan aksi perseroan yang menjual anak usahanya PT Horizon Agro Industry (HAI) senilai Rp750 miliar pada akhir 2011.
Selanjutnya, pada pertengahan tahun lalu, perseroan mengakuisisi PT Persada Indo Tambang (PIT) yang menggarap tambang bijih besi di Nagari Sungai Kunyit, Sumatera Barat.
Semenjak diakuisi, PIT memberikan kontribusi terhadap seluruh pendapatan CKRA sepanjang 2012 yang mencapai Rp24,52 miliar, dengan tingkat profitabilitas perseroan dari sisi margin laba kotor dan laba bersih sepanjang tahun lalu berada di posisi 19% dan 16%.
Dexter Sjarif Putra, Sekretaris Perusahaan Cakra MIneral, mengemukakan penetrasi perseroan yang mengubah bisnis utama ke pertambangan bijih besi di dasarkan pada sisi financial statement, dimana kinerja keuangan perusahaan kurang baik saat bergerak di sektor perkebunan.
Adapun sepanjang 2012, CKRA mencatat penurunan rugi usaha menjadi Rp6,06 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp9,7 miliar. Hal tersebut ditopang pendapatan perseroan yang bersumber dari penjualan bijih besi, sementara pada 2011 CKRA tidak memiliki pendapatan.
Kendati demikian, peningkatan kinerja operasional perseroan pada 2012 belum mampu menutupi biaya operasional secara keseluruhan lantaran rendahnya kontribusi margin atas penjualan bijih besi yang hanya menghasilkan laba kotor Rp4,59 miliar. (ra)