BISNIS.COM,MAKASSAR--Harga kakao di Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Future Exchange) diprediksi melandai pada kisaran Rp21.000-Rp21.500 per kilogram dalam jangka pendek menyambut masa panen pada April-Mei.
Renji Betari dari Research & Business Development Division BBJ mengatakan harga bahan baku cokelat itu akan kembali menguat setelah musim panen selesai.
"Harga akan kembali menguat akibat tidak adanya pasokan untuk memenuhi kebutuhan dari pabrik pengolahan," katanya lewat rilis media dalam acara Cocoa Gathering Makassar, Rabu (1/5/2013).
Prediksi untuk Juli-Agustus, lanjutnya, harga kakao akan kembali menguat menuju kisaran Rp23.500-Rp24.000 per kilogram.
Harga kakao yang diperdagangkan di BBJ telah berhasil naik kembali sejak menyentuh level terendah dalam 3 tahun Rp20.000 pada Maret lalu menjadi Rp22.600 di akhir April. Menurut Renji, kenaikan ini dipicu oleh kekeringan panjang sejak Januari hingga Maret di kawasan Afrika, sehingga panen diperkirakan akan turun dibanding tahun lalu.
"Sementara itu, di Indonesia curah hujan yang tidak cukup membuat biji kakao membusuk dan panen berkurang pada musim April-Mei," katanya.
Harga kakao selama setahun terakhir di BBJ sempat menyentuh angka tertinggi pada level Rp24.500 pada September 2012. Sejak masuknya panen akhir tahun ke pasar, kata Renji, harga kembali melemah sepanjang 6 bulan dari November.
Hal itu dipengaruhi oleh penjualan forward di Ivory Coast yang dilelang bersamaan dengan panen akhir tahun 2012 sehingga membuat seakan-akan kondisi kelebihan pasikan atau oversupply.
"Foward selling telah dilelang untuk musim panen tengah tahun sampai akhir tahun 2013 di Pantai Gading dan Ghana, produsen terbesar dunia untuk komoditas kakao," kata Renji.
Adapun Indonesia menempati posisi ketiga dunia sebagai penghasil kakao.