BISNIS.COM, JAKARTA--Kesepakatan tiga negara produsen karet untuk mendongkrak harga global rerata US$3 per kilogram mengalami kebuntuan hingga akan melaksanakan pertemuan ulang.
Hal tersebut disampaikan Direktur Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), Arwadi J. Setiabudi, Selasa (16/4). Menurutnya, pertemuan yang rencananya berlangsung untuk memutuskan perpanjangkan pemangkasan ekspor karet sudah berlangsung pekan lalu tanpa keputusan kuat.
Trio produsen yang mengatasnamakan International Tripartite Rubber Council (ITRC) terdiri dari Indonesia, Thailand dan Malaysia belum menghasilkan keputusan signifikan untuk mengangkat harga karet di pasar internasional.
"ITRC akan adakan pertemuan lagi bulan Mei nanti," kata Arwadi.
Meski kesepakatan belum ada, namun BKDI tetap melanjutkan rencana kontrak berjangka karet yang sudah ditarget akan diluncurkan pada tahun ini.
Pertemuan ITRC sendiri sedianya membahas pasar regional komoditas karet dan pembentukan harga.
Sebelumnya, Direktur Utama BKDI Megain Wijaya menyatakan harapannya untuk bisa menjadi salah satu bursa acuan harga karet baik lokal, regional, hingga global. "Dengan masuk bursa, harga karet akan transparan ditentukan kita, tidak lagi mengacu pada bursa Tokyo," ungkapnya.
Harga di Jepang selama ini memang menjadi acuan mengingat posisinya selalu likuid dengan permintaan tinggi untuk industri. Dengan kesepatakan regional dan perdagangan di bursa, kedepan pergerakan harga diharapkan bisa mengacu pada produsen bukan konsumen. (if))