JAKARTA—Golden Agri-Resources Ltd—anak usaha PT Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART) Tbk—mengakuisisi 16.000 hektare lahan perkebunan kelapa sawit milik PT Bakrie Sumatera Plantation senilai US$178 juta.
Gandhi Sulistyanto, Managing Director Sinarmas Group mengungkapkan transaksi itu merupakan bagian dari ekspansi perseroan dalam upaya meningkatkan perbendaharaan lahan perkebunan sawit. Proses transaksi, ucapnya, telah dilakukan sejak 2 pekan lalu.
Menurut Gandhi, perluasan konsesi lahan perlu dilakukan guna memanfaatkan kondisi cuaca yang tengah menguntungkan. Sepanjang tahun lalu, Golden Agri-Resources telah memperluas 27.000 hektare perkebunan sawit.
Hingga kuartal III/2012, total lahan tertanam telah mencapai 459.500 hektare, dengan komposisi 29% tanaman belum menghasilkan atau berusia muda serta 46% tanaman telah memasuki usia produksi. Ekspansi akan memungkinkan perseroan mempertahankan pertumbuhan produksi dalam jangka panjang.
Produktivitas tandan buah segar (TBS) diharapkan juga tumbuh mengikuti penambahan area penanaman. Per September 2012, produksi TBS perseroan mencapai 6,9 juta ton, naik 11% dari pencapaian pada periode yang sama 2011.
“Ekspansi lahan juga dilakukan ke luar negeri. Kami terus meningkatkan investasi terutama ke negara-negara Afrika,” ucapnya kepada Bisnis hari ini (17/2/2013).
Gandhi mengatakan Golden Agri-Resources terus mengembangkan potensi perluasan lahan di Afrika dengan mengembangkan 220.000 area perkebunan di Liberia. Ke depan, perusahaan yang tergabung dalam Sinar Mas Group ini akan terus memperkuat sektor hulu dan produksi.
Sementara itu, PT Bakrie Plantation yang menjual lahan ke Sinar Mas belum memberikan informasi transaksi tersebut ke Bursa Efek Indonesia. Pelepasan lahan konsesi membuat area konsesi emiten berkode saham UNSP itu kian menyempit.
UNSP hingga kini masih mengandalkan land bank sekitar 20.000-30.000 hektare dalam bentuk hak guna usaha (HGU) dan lainnya. Di tengah fluktuasi harga CPO dan tekanan kompetisi, UNSP dikabarkan tidak akan menambah lahan baru tahun ini.
“Minimal kita punya satu areal yang dapat menghidupi pabrik seluas 6.000 hektare. Persoalannya, kini semakin banyak perkebunan masuk tentu membuat kami semakin sulit mendapatkan lahan baru. Strategi kami adalah dengan melakukan konsolidasi,” ucap Bambang Aria Wisena, Presdir Bakrie Sumatera Plantation kepada Bisnis beberapa waktu lalu. (msb)