Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOMODITAS KARET: Kontrak Alami Surplus 61%

TOKYO—Kurangnya pasokan bahan baku dan tingginya penjualan mobil mendorong posisi bullish untuk perdagangan karet dunia dan peningkatan biaya produksi pembuatan ban.

TOKYO—Kurangnya pasokan bahan baku dan tingginya penjualan mobil mendorong posisi bullish untuk perdagangan karet dunia dan peningkatan biaya produksi pembuatan ban.

Sebayak 35 negara di lembaga Studi Karet Internasional di Singapura menyatakan kontrak karet mengalami surplus 61% pada 2013 seiring kenaikan rekor tertinggi konsumsi global. Sedangkan perkiraan 12 analis Bloomberg menunjukkan futures Tokyo naik 11% ke US$3.830 per ton.

“Kurangnya pasokan dari Thailand dan negara-negara Asia Tenggara akan membantu menguatkan harga. Pemulihan ekonomi global semoga mempercepat kenaikan perdagangan karet,” kata Makoto Sugitani, head of sales at Newedge Japan Inc. Tokyo, seperti dikutip Bloomberg.

Thailand, Indonesia dan Malaysia, tercatat menyumbang 67% produksi karet global, dari menebang pohon dan menyetok guna meningkatkan harga yang sempat merosot ke level terendah dalam hampir 3 tahun pada Agustus 2012.

Kontrak berjangka selanjutnya naik dan mendongkrak pasar pada bulan berikutnya karena kontrak pasokan dan kondisi ekonomi menguat, sehingga mendorong permintaan perdagangan mobil. Ban mobil mengambil 70% dari keseluruhan konsumsi karet.

Perdagangan karet naik 4,3% di Tokyo Commodity Exchange tahun ini, memperpanjang keuntungan sejak Agustus yang sempat anjlok 54%. The Standard & Poor GSCI mengukur bahan baku naik 4,6% dan MSCI All-Country World Index (MXWD) dari naik 4,7%. Indeks di Bank of America Corp menunjukkan treasuries kehilangan 1,1%.

Data kementrian pertanian menyatakan Indonesia, produsen terbesar kedua, akan memanen 8,9% lebih di tahun ini, namun berkurang dari produksi 2009. Sementara pemerintah Thailand, penumbuh terbesar, berharap produksi meningkat 3,4% pada 2013.

Thailand juga telah membeli lebih dari 182 ribu ton untuk persediaan. Sementara Malaysia diperkirakan menghasilkan karet lebih dari 6,5% dari produksi sebelumnya. (Pamuji Tri Nastiti/sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper