JAKARTA : Surplus likuiditas dana PT Matahari Putra Prima Tbk mencapai Rp6,1 triliun, setelah resmi mendivestasi aset bisnis non-inti senilai Rp3,2 triliun kepada induk usaha perseroan PT Multipolar (Tbk).
Aksi korporasi tersebut telah mendapatkan persetujuan pemegang saham di dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa oleh dua perusahaan baik PT Matahari Putra Prima maupun PT Multipolar, yang diselenggarakan secara bersamaan pada Rabu (19/9).
Direktur PT Matahari Putra Prima Tbk Danny Kojongian mengatakan langkah perusahaan melepas aset non inti seperti Timezone, Times Bookstores, restoran, dan properti kepada induk usaha agar perseroan lebih fokus mengembangkan bisnis Hypermart sehingga dapat meraih peluang pertumbuhan pasar ritel di Indonesia yang semakin pesat.
Apalagi, menurutnya, saat ini 95% pendapatan masih ditopang oleh bisnis inti Hypermart/Food Division, sementara aset bisnis non inti hanya menyumbang 5% dari pendapatan. Oleh karena itulah, langka strategis perseroan yang juga merupakan rekomendasi dari Merrill Lynch beberapa waktu lalu dinilai tepat.
“Pasca-transaksi Rp3,2 triliun ini Matahari akan menghadapi surplus likuiditas dana dan kapitalisasi modal (over capitalisation) dengan total saldo kas Rp6,1 triliun, sebab saat ini kami telah memiliki dana kas Rp2,9 triliun,” ujarnya usai RUPSLB, Rabu (19/9/2012).
Strategi emiten berkode MPPA tersebut untuk menjual aset non-inti kepada Multipolar karena sebagai induk usaha, MLPL dapat menjaga sinergisitas untuk mendukung pengoperasian bisnis Hypermart ke depannya.
Pada tahun ini saja, MPPA menargetkan dapat membuka 17 toko dengan target pendapatan Rp11,2 triliun naik sekitar 27% dibandingkan pendapatan tahun lalu Rp8,8 triliun. Dan dalam 5 tahun ke depan, dapat terus berekspansi dengan membuka 80 toko baru.“Kalau dimiliki pihak ketiga tentu akan lain lagi. Di sini ada nilai strategis untuk sinergi positif yang kuat antara MPPA dan MLPL,” jelas Danny. (if)iliun.