Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AKSI KORPORASI: Sarana Menara gelar rights issue Rp1,5 triliun

JAKARTA: PT Sarana Menara Nusantara Tbk, emiten infrastruktur telekomunikasi, berencana untuk menerbitkan saham baru dengan skema non-preemptive rights (NPR) atau penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu.

JAKARTA: PT Sarana Menara Nusantara Tbk, emiten infrastruktur telekomunikasi, berencana untuk menerbitkan saham baru dengan skema non-preemptive rights (NPR) atau penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu.

Direktur Utama Sarana Menara Adam Gifari mengatakan rapat umum pemegang saham luar biasa yang berlangsung hari ini telah menyetujui adanya penerbitan NPR tersebut. "Dana ini akan digunakan untuk melakukan ekspansi usaha. Namun kita belum memiliki jadwal pasti karena penerbitannya akan dilakukan jika dibutuhkan saja," katanya, Jum'at, 15 Juni 2012.

Menurut catatan bisnis, jumlah saham yang akan ditawarkan mencapai 102,03 juta atau setara dengan 10% dari total saham perseroan dengan total nilai sekitar Rp1,5 triliun atau Rp14.798 per saham.

Sarana Menara melalui anak usaha PT Profesional Telekomunikasi  Indonesia, pada tahun buku 2011, membukukan pertumbuhan pendapatan 21,8% atau Rp295,1 miliar menjadi Rp1,65 triliun. Sementara itu laba bersih naik sebesar 183% menjadi Rp283,9 miliar dibandingkan tahun lalu sebesar Rp100 miliar.

Dalam kesempatan yang sama, perseroan memutuskan untuk tidak membagi dividen dari perolehan laba bersih. "Laba selanjutnya akan digunakan untuk melakukan ekspansi usaha, yaitu penambahan menara baru," kata Adam.

Per Desember 2011, perseroan telah memiliki 6.363 lokasi menara dan 10.798 sewa dengan pelanggan di menara-menara tersebut. Sejak 2010 perseroan telah meningkatkan jumlah lokasi menara sebanyak 1.291 atau sebesar 25,5% dan peningkatan jumlah sewa sebesar 2.443 atau 29,1%.  "Sedangkan pada kuartal pertama, perseroan telah menambah sekitar 404 menara baru," kata Adam.

Pada kuartal pertama, perseroan mencatat laba periode berjalan sebesar Rp75,1 miliar atau menurun 50% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp151,2 miliar. Penurunan laba ini menurut Adam Gifari tidak signifikan karena hanya disebabkan oleh kerugian kurs rupiah terhadap dolar. 

Sementara itu, pendapatan perseroan meningkat 30,47% dibandingkan kuartal pertama periode sebelumnya dari Rp369 miliar menjadi Rp481,5 miliar. Seiring dengan itu, beban pokok pendapatan perseroan juga meningkat 42,8% menjadi Rp27,4 miliar dari sebelumnya Rp19,1 miliar. (mmh) 

ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

 
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Christine Franciska

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper