Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

VALUTA ASING: Pemegang DOLAR AS Bersiap Raup Untung

MEDAN: Mulai akhir bulan ini, tampaknya menjadi masa keberuntungan bagi pemegang dolar Amerika Serikat karena mulai langka di pasar, meskipun bank sentral (The Reserve) sudah membanjiri stimulus monter senilaiUS$2,3 triliun ke sistem keuangan.

MEDAN: Mulai akhir bulan ini, tampaknya menjadi masa keberuntungan bagi pemegang dolar Amerika Serikat karena mulai langka di pasar, meskipun bank sentral (The Reserve) sudah membanjiri stimulus monter senilaiUS$2,3 triliun ke sistem keuangan.

 

Langkanya salah satu mata uang utama dunia ini terjadi menyusul penurunan nilai aset berkualitas tinggi di seluruh dunia, sehingga investor memilih mengalihkan investasi ke dalam bentuk tunai daripada mempertahankan atau membeli aset.

 

Berdasarkan kurs Bank Indonesia, pagi ini, 1 dolar AS berada di posisi Rp9.522 untuk jual dan Rp9.428 untuk harga kurs beli. Kurs dolar AS berada pada urutan keenam termahal dibandingkan dengan rupiah, setelah dinar Kuwait, pound sterling, yen, euro dan franc Swiss.

 

Data Bloomberg menyebutkan dibandingkan dengan angka pada 27 Juni tahun lalu, nilai dolar AS menguat dari 16 mata uang utama dunia. Indeks Intercontinental Exchange Inc.’s Dollar menguat 12%.

 

Nilai dolar sekarang lebih tinggi dari angka sejak bank sentral mulai mencetak dolar AS untuk membeli obligasi dalam program stimulus darurat pada akhir 2008. Seiring dengan pelaksanaan program itu, nilai aset-aset berkualitas di dunia turun 42%.

 

Investor internasional dan lembaga keuangan hanya ingin memiliki aset dengan nilai terbaik yang memenuhi kriteria investasi atau regulasi baru, di luar aset berdenominasi dolar AS.

 

Amerika Serikat adalah salah satu lima negara di dunia yang credit-default swaps perdagangan utangnya di bawah 100 basis poin. Artinya, hampir tidak ada risiko gagal pada utang mereka. Pada delapan tahun lalu, delapan dari 10 negara G-20 masuk dalam kategori ini.

 

“Nilai aset turun, tidak hanya pada kawasan euro, tetapi juga di kawasan lain. Penurunan nilai euro dan aet menyebabkan daya tarik pasar zona euro merosot,” ujar Ian Stannard, Head of Europe Currency Strategy Morgan Stanley, melalui sambungan telepon. (yus)

 

BACA JUGA:

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Erna S.U. Girsang

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper