JAKARTA: Harga logam kuning diperkirakan akan bertahan atau konsolidasi pada pekan depan dan berkurang daya tariknya jika tren kenaikan dolar AS terlalu kuat.Pekan depan fluktuasi harga emas diperkirakan akan dipengaruhi oleh keluarnya beberapa data ekonomi AS di antaranya inflasi, manufaktur New York dan Philadelpia, serta penjualan ritel.Sementara dari benua biru, mundurnya Kepala Ekonom Jurgen Stark pada Jumat lalu menyisakan pertanyaan siapa penggantinya dan bagaimana respons Jerman.“Krisis utang Eropa masih menjadi fokus,” ujar Kepala Riset Real Times Futures, Wahyu Laksono kepada Bisnis hari ini.Wahyu menuturkan bahwa agenda Komite pasar Terbuka Federal (FOMC), organ utama AS untuk kebijakan moneter nasional, di minggu terakhir September ini juga masih menjadi teka-teki yang ditunggu pasar.“Meski masih dalam tren bullish, tetapi tekanan koreksi bisa muncul signifikan, terutama jika berada di atas level rekor. Jangka menengah menguat, tapi dalam jangka pendek akan konsolidatif,” kata Wahyu. Penurunan disebabkan greenback menguat.Para investor juga diminta memperhatikan respons pasar atas hasil pertemuan G-7 baru-baru ini, terkait komitmen kebijakan stimulus global serta kemungkinan restu bagi Jepang untuk memperlemah atau intervensi atas yen.Harga emas berjangka naik dalam 2 hari terakhir pekan lalu seiring munculnya kekhawatiran baru bahwa krisis utang Yunani akan memperburuk dan sinyal pelambatan ekonomi global mendorong permintaan untuk logam sebagai penyimpan nilai.Indeks MSCI dunia atas semua negara jatuh 3,1% dan Indeks Standard & Poor 500 tergelincir 3,1% setelah pemerintahan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan sedang mempersiapkan rencana untuk menopang bank-bank jika Yunani gagal untuk memenuhi persyaratan paket bantuan dan terjadi default.Harga emas berjangka untuk pengiriman Desember naik US$2 atau 0,1% ditutup pada harga US$1,859.50 per ounce di Comex, New York, Jumat. Minggu ini harga logam itu turun 0,9% setelah melonjak ke rekor US$1.923,70 pada 6 September. (faa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel