Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga minyak dekati US$95 per barel

JAKARTA: Harga minyak mendekati US$95 per barel pada perdagangan hari kedua di New York dan mengakhiri kenaikan sebesar 4,2% pada pekan lalu.Penurunan harga tersebut dipengaruhi oleh proyeksi para investor bahwa China akan meningkatkan upaya untuk mendinginkan

JAKARTA: Harga minyak mendekati US$95 per barel pada perdagangan hari kedua di New York dan mengakhiri kenaikan sebesar 4,2% pada pekan lalu.Penurunan harga tersebut dipengaruhi oleh proyeksi para investor bahwa China akan meningkatkan upaya untuk mendinginkan ekonomi dan menjinakkan permintaan bahan bakar minyak (BBM).Seperti dikutip dari Bloomberg, bursa berjangka pada hari ini turun sebesar 0,3% setelah Bank of China, kemarin mengatakan bahwa pengguna energi terbesar di dunia masih menghadapi tekanan inflasi yang besar sehingga bank sentral akan mempertahankan kebijakan moneter yang prudent.Kontrak minyak untuk pengiriman Agustus sebesar US$94,79 per barel atau turun 15 sen, dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange (Nymex). Lantai perdagangan Nymex kemarin ditutup karena liburan hari kemerdekaan AS.Kontak minyak Brent untuk pengiriman Agustus juga mengalami penurunan sebesar 27 sen, atau 0,2%, menjadi US$111,12 per barel pada ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.Acuan kontrak Eropa memiliki premi sebesar US$16,40 terhadap bursa berjangka AS. Spread tersebut mencapai rekor pada 15 Juni dengan nilai US$22,29.Bursa Berjangka New York turun sebesar 4,6% pada 23 Juni setelah International Energy Agency (IEA), penasihat untuk 28 negara konsumen minyak, mengatakan bahwa anggotanya akan melepas 60 juta barel minyak mentah. Itu merupakan penyebaran pertama dalam 5 tahun.Salah satu yang akan melepas adalah AS yang menawarkan 30,2 juta barel yang berasal dari cadangan strategis yang dimaksudkan untuk menstabilkan harga dan penguatan pasokan dari OPEC.IEA dalam rilis yang diumumkan pekan lalu menyatakan penjualan cadangan darurat minyak mentah AS sangat sukses.Sementara itu Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada 8 Juni gagal untuk mengumumkan penyusunan rencana untuk menghentikan ekspor dari Libya.(faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper