Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara berhasil melanjutkan penguatannya pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (27/11/2018).
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif Januari 2019 ditutup menguat 1,38% atau 1,35 poin di level US$99,50 per metrik ton, setelah rebound 0,31% ke posisi 98,15 pada akhir perdagangan Senin (26/11).
Adapun harga batu bara Newcastle kontrak Februari 2019 lanjut menguat 0,87% atau 0,85 poin ke level US$98,80 per metrik ton, setelah ditutup rebound dengan kenaikan 0,62% di posisi US$97,95 pada Senin.
Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Januari 2019 juga melanjutkan penguatannya pada hari kedua dengan berakhir naik 0,12% atau 0,10 poin di level 84,90 kemarin.
Sebaliknya, harga batu bara thermal untuk pengiriman Januari 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange lanjut terkoreksi dengan ditutup turun 0,13% atau 0,8 poin di level 601 yuan per metrik ton pada perdagangan Selasa.
“Dipengaruhi oleh sentimen bearish di pasar produk besi, aksi jual pada kontrak berjangka batu bara thermal melaju lebih kencang, menyentuh level kunci 600 yuan,” kata analis Huatai Futures Sun Hongyuan dalam risetnya, seperti dikutip Bloomberg.
“Kontrak Januari mungkin tetap di bawah tekanan akibat tingkat persediaan yang tinggi di antara pengguna.”
Sementara itu, harga minyak mentah tergelincir dan berakhir turun pada perdagangan Selasa (27/11). Harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari 2019 ditutup turun 0,07 poin atau 0,14% di US$51,56 per barel.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Januari berakhir turun 0,27 poin atau 0,45% di level US$60,21 di bursa ICE Futures Europe London.
Dua isu penting mengenai pasokan dan permintaan akan muncul dalam dua pertemuan selama dua pekan ke depan, yakni KTT G20 di Argentina dan KTT OPEC Wina.
“Pedagang minyak sangat gugup saat ini,” kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group, seperti dikutip Bloomberg “Pasar telah sangat tertekan dan pertanyaan besarnya adalah apakah kita dapat menahan di level US$50? Kita jelas dalam tren penurunan.”
Presiden AS Donald Trump menambahkan kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan pada hari sebelumnya, setelah mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa ia kemungkinan akan melanjutkan rencana untuk meningkatkan tarif terhadap barang senilai US$200 miliar dari China jika pembicaraannya dengan Presiden China Xi Jinping gagal mencapai kesepakatan perdagangan.
Sementara itu, keringanan sanksi AS terhadap minyak Iran, rekor output yang dicatat Arab Saudi, serta meningkatnya ketegangan perdagangan telah membawa harga minyak mentah ke dalam kondisi pasar yang bearish.
Ketika Arab Saudi menginginkan pemotongan produksi untuk mendukung harga, pasar dipenuhi spekulasi bahwa Putra Mahkota Mohammed Bin Salman mungkin tidak dapat menentang seruan Trump agar menurunkan harga.
Pergerakan harga batu bara kontrak Januari 2019 di bursa Newcastle
Tanggal | US$/MT |
27 November | 99,50 (+1,38%) |
26 November | 98,15 (+0,31%) |
23 November | 97,85 (-0,56%) |
22 November | 98,40 (+0,05%) |
Sumber: Bloomberg