Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat ditutup pada level tertinggi dalam 3,5 tahun pada perdagangan Kamis (28/6/2018) di tengah penyusutan cadangan minyak AS, gangguan di pelabuhan Libya, dan risiko pasokan di seluruh dunia lainnya.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Agustus ditutup menguat 1% atau 0,69 poin ke level US$73,45 per barel di New York Mercantile Exchange, level tertinggi sejak November 2014.
Sementara itu, minyak Brent berjangka untuk kontrak Agustus naik 0,23 poin atau 0,3% ke level US$77,85 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Patokan global diperdagangkan pada premium US$4,40 terhadap WTI kontrak Agustus.
Dilansir Bloomberg, berkurangnya cadangan minyak AS menambah kekhawatiran hambatan pasokan yang sudah terjadi di Kanada, Iran, Venezuela dan Afrika Utara. Cadangan minyak yang tersimpan di hub pipa terbesar AS di Cushing, Oklahoma, merosot lebih dari 8% minggu lalu, penurunan terbesar sejak awal Februari.
"Ada penurunan yang sangat signifikan, hampir luar biasa di Cushing. Tidak ada yang lebih baik di Venezuela, Libya atau Iran. Pasar harus naik,” kata Thomas Finlon, direktur Energy Analytics Group LLC, seperti dikutip Bloomberg.
Harga juga bergerak lebih tinggi karena pelemahan dalam dolar AS meningkatkan daya tarik harga komoditas dalam mata uang greenback tersebut.
Minyak mentah acuan AS melemah lebih dari 7% minggu ini meskipun janji OPEC untuk melonggarkan produksi yang mengikis kelebihan global. AS mendorong sekutu untuk menghentikan pembelian minyak mentah Iran karena pemerintahan Presiden Donald Trump berusaha untuk menghukum negara tersebut atas program nuklirnya.