Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lampaui 14.100, Rupiah Merosot ke Level Terendah 31 Bulan

Rupiah ditutup melemah 0,7% atau 98 poin di Rp14.156 per dolar AS, setelah dibuka di zona hijau dengan penguatan 5 poin atau 0,04% ke level Rp14.053 per dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke level terendahnya dalam 31 bulan terakhir pada perdagangan hari ini, Jumat (18/5/2018).

Rupiah ditutup melemah 0,7% atau 98 poin di Rp14.156 per dolar AS, setelah dibuka di zona hijau dengan penguatan 5 poin atau 0,04% ke level Rp14.053 per dolar AS.

Mata uang garuda menyentuh level terendahnya sejak Oktober 2015 setelah pada perdagangan sebelumnya, Kamis (17/5), rupiah ditutup terapresiasi 0,28% atau 39 poin ke level Rp14.058 per dolar AS. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.053 – Rp14.158 per dolar AS.

Pengamat menilai masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh keterlambatan Bank Indonesia (BI) dalam merespons situasi.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah masih terus mengalami pelemahan, meski suku bunga BI telah menaikkan suku bunganya menjadi 4,5%. Berdasarkan catatan Bisnis, nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 72 poin atau 0,51% ke level Rp14.130 per dolar AS, Jumat (18/5/2018).

"BI terlalu terlambat, sebelumnya investor sudah melakukan price in atau antisipasi kebijakan bunga acuan ke harga saham," kata ekonom Indef Bhima Yudistira Adhinegara kepada Bisnis, Jumat (18/5). Padahal, terangnya, Dollar Index terus mengalami kenaikan menjadi 93,4 dalam sebulan terakhir.

Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang global lainnya terpantau menguat 0,13% atau 0,118 poin ke level 93,587 pada pukul 16.43 WIB.

Di sisi lain, Gubenur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan pelemahan rupiah paska kenaikan 7-Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal, tapi juga faktor internal, terutama defisit neraca perdagangan. "Ini reaksi pelaku usaha melihat dari sektor ekonomi kita," ujarnya, Jumat (18/5/2018).

Menurut Agus, pasar melihat neraca perdagangan April 2018 yang mengalami defisit sebesar US$1,6 miliar. Selain itu, pasar disebut turut dipengaruhi oleh serangan pengeboman di Indonesia. Terkait dengan pengeboman ini, kondisi tersebut dinilai tidak berpengaruh signifikan terhadap stabilitas ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper