Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: WTI Tembus US$70/Barel Lagi, Analis: Efek Geopolitik Timteng Tak Lama

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan sanksi yang akan kembali dikenakan oleh Amerika Serikat terhadap Iran akan menyababkan negara produsen OPEC terbesar ketiga tersebut tidak dapat mengekspor produksi minyaknya.
Harga minyak WTI menguat./.
Harga minyak WTI menguat./.

Bisnis.com, JAKARTA – Meski minyak mentah Amerika Serikat melampaui level US$70 per barel, harga dapat kembali melemah ke bawah level tersebut jika cadangan minyak masih melimpah.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan sanksi yang akan kembali dikenakan oleh Amerika Serikat terhadap Iran akan menyababkan negara produsen OPEC terbesar ketiga tersebut tidak dapat mengekspor produksi minyaknya.

Namun, da mengungkapkan faktor geopolitik ini tidak akan berdampak besar terhadap penguatan harga minyak, mengingat cadangan minyak yang masih tinggi.

“Level US$70 menjadi level fundamental. Dampak geopolitik tidak akan panjang. Jika stok minyak mentah melimpah, harga minyak akan dapat kembali melemah lagi ke level US$64,” ungkap Ibrahim kepada Bisnis.com, Rabu (9/5/2018).

Untuk itu dia meyakini paling tinggi harga minyak mentah WTI di level US$72, dengan peluang penurunan ke US$64,5 per barel. i. Fundeamental 70.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli terpantau menguat 2,26% atau 1,56 poin ke level US$70,62 per barel pada pukul 11.24 WIB.

Sebelumnya, harga minyak WTI berakhir di angka US$68,97 pada penutupan perdagangan Selasa (8/5/2018) di bursa komoditas New York Mercantile Exchange.

Adapun minyak Brent untuk pengiriman Juli terpantau melonjak 2,42% atau 1,81 poin ke level US$76,66 setelah mengakhiri sesi perdagangan Selasa pada US$74,85 per barel di ICE Futures Europe exchange di London.

Pada saat yang sama, dorongan terhadap minyak juga datang dari kabar bahwa American Petroleum Institute (API) melaporkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 1,85 juta barel pekan lalu. Adapun persediaan minyak sulingan dikabarkan mencatat penurunan terbesar sejak 2004.

Dalam pidatonya pada Selasa (8/5/2018) waktu setempat, Trump mencirikan kesepakatan 2015 yang dimaksudkan menghentikan upaya Iran untuk senjata atom, sebagai 'rasa malu' yang besar. Perusahaan dan individu memiliki waktu hingga 180 hari untuk mengakhiri bisnis dengan entitas Iran.

Berdasarkan perjanjian dengan Iran, enam negara yakni Amerika Serikat (ketika itu masih dipimpin Presiden Barack Obama), Prancis, Jerman, Inggris, Rusia, dan China mencabut sanksi ekonomi terhadap Iran. Sebagai gantinya, Iran berkewajiban membatasi program nuklirnya.

Namun Trump merasa keberatan dengan kesepakatan itu, yang dinilai tidak menyinggung program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya melewati tahun 2025, atau perannya dalam konflik di Yaman dan Suriah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper