Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja indeks reksa dana sepanjang tahun berjalan negatif. Dari data Infovesta Utama, tercatat hanya reksa dana pasar uang yang berhasil menorehkan kinerja positif .
Indeks reksa dana pasar uang yang tercermin dalam Infovesta Money Market Fund Index secara year to date (ytd) 27 April 2018 sebesar 1,27%. Sementara itu, kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta Fixed Income Fund Index tercatat -1%.
Indeks reksa dana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index menunjukkan kinerja negatif, yakni -4,43%, dan indeks reksa dana campuran yang tercermin dalam Infovesta Balanced Fund Index -2,22%.
Head Investment Avrist Asset Management Farash Farich menilai, penurunan indeks ini disebabkan oleh dua hal, yakni anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan juga surat utang negara (SUN).
Kata dia, dari awal tahun yield SUN 10 tahun di sekitar 6,3%, dan sempat naik mendekati 7,2% sebelum akhirnya kembali turun pada posisi 6,9%. Penyebabnya adalah kenaikan yield US Treasury 10 tahun yang di atas 3%.
"Dari pasar saham sendiri saham dengan kapitalisasi besar di IDX30 dan LQ45 terkoreksi lebih dalam dibandingkan saham dengan kapitalisasi pasar menengah dan kecil," katanya saat dihubungi, Selasa (1/5/2018).
Baca Juga
Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir juga menjadi pendorong jatuhnya kinerja indeks reksa dana sepanjang tahun berjalan.
Senada, Head of Investment Division PT BNI Asset Management Susanto Chandra mengatakan penurunan indeks reksa dana pendapatan tetap disebabkan oleh turunnya harga tobligasi sepanjang tahun berjalan.
Penurunan ini disebabkan oleh ekspektasi peningkatan suku bunga terutama fed rate sehingga yield nak dan harga obligasi turun.
"Untuk reksa dana campuran menurun karena mayoritas isinya merupakan efek saham sehingga mengalami penurunan juga meski tidak sedalam reksa dana saham," jelasnya.
Executive Vice President Intermediary Business Schroders Indonesia Bonny Iriawan memaparkan, ada dua faktor yang menyebabkan penurunan kinerja mayoritas reksa dana, yakni eksternal dan internal.
Bursa saham Indonesia, terutama sejak 2008 terintegrasi dengan pasar global. Di sisi lain, karakteristik investor asing cukup beragam, ada yang tipe jangka pendek dan jangka panjang.
"Investor yang sudah dua atau tiga tahun lalu masuk ke pasar Indonesia saat ini telah mendapatkan banyak keuntungan sehingga melakukan profit taking," kata dia.
Faktor lain adalah pelemahan nilai tukar rupiah yang juga dialami oleh negara lain. Menurutnya, saat ini pasar tengah mencari equilibrium baru, baik pasar saham, pasar obligasi, maupun pasar valas.
Kondisi IHSG yang turun tajam ini, kata dia, bisa dimanfaatkan investor ritel untuk kembali masuk ke pasar, khususnya untuk investor reksa dana yang berorientasi jangka panjang. "Saham big cap valuasinya menjadi menarik. Momentum untuk masuk pasar."
Untuk saat ini, kinerja reksa dana saham sudah pasti akan turun sejalan dengan pelemahan indeks. Yang penting menurutnya adalah sejauh mana penurunan reksa dana saham dibandingkan penurunan IHSG. Terkait hal ini, masing-masing manajer investasi memiliki strategi yang berbeda.